Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - MONTEVIDEO/LIMA. Ketika pengusaha energi hijau asal Peru, Luis Zwiebach, ingin membeli mobil listrik pada 2019, ia harus terbang 4.000 mil ke California untuk mencoba Tesla Model 3.
Namun karena Tesla tidak memiliki importir resmi di Peru dan proses impor kendaraan sangat rumit, ia tidak bisa membawanya langsung ke negaranya.
Zwiebach tidak menyerah. “Ada seseorang yang sudah mengimpor satu unit dan ingin menjualnya. Saya pergi melihatnya dan membelinya,” ujarnya.
Pada awal penggunaan, mengisi daya Tesla di rumah temannya dekat pantai di luar Lima juga menjadi tantangan.
“Mobilnya tidak mau mengisi daya karena tidak ada grounding. Kami akhirnya menancapkan garpu ke tanah sebagai grounding dan mobilnya mengisi daya.”
Lima tahun kemudian, situasinya berubah drastis. Kini membeli kendaraan listrik (EV) di Peru jauh lebih mudah, meskipun Tesla masih belum memiliki showroom.
Pasar lokal dibanjiri model-model China dari BYD, Geely, dan GWM yang menawarkan harga sekitar 60% lebih murah dibanding Tesla, serta merek global seperti Toyota, Kia, dan Hyundai.
Baca Juga: Tesla Wajibkan Pemasoknya Kecualikan Komponen Buatan China
Penjualan hybrid dan EV di Peru mencapai 7.256 unit dalam sembilan bulan hingga September, naik 44% dibanding tahun sebelumnya, menurut asosiasi otomotif setempat.
Kepungan Merek China di Amerika Latin
Produsen mobil China memperluas kehadirannya di seluruh Amerika Latin, baik untuk kendaraan berbahan bakar fosil maupun listrik.
Lonjakan terjadi setelah Pelabuhan Chancay dibuka tahun lalu, memotong waktu pengiriman trans-Pasifik hingga separuhnya.
-
BYD berencana membuka dealer keempat di Lima tahun ini.
-
Chery dan Geely kini memiliki lebih dari selusin dealer di Peru.
Zwiebach mengatakan penjualan EV yang meningkat mendorongnya memperluas bisnis energi terbarukan, termasuk instalasi charger EV, panel surya, hingga elevator regeneratif untuk pengembang properti dan universitas.
“Seorang pengembang properti bilang dia mau membeli penthouse jika dilengkapi charger mobil. Jadi kami memasangnya. Penggunaannya semudah mengisi daya ponsel,” katanya.
Menurut analis global Felipe Munoz dari JATO Dynamics, produsen China mengalami kelebihan kapasitas produksi di dalam negeri dan mengirim sebagian besar kelebihan tersebut ke Timur Tengah, Asia Tengah, dan Amerika Latin.
Di Chile, mobil China telah mencapai 29,6% dari total penjualan penumpang pada kuartal pertama 2025.
Di Uruguay, pangsa pasar mereka telah melonjak menjadi 22%, dengan BYD menjadi merek kendaraan terlaris ketiga di negara itu.
Baca Juga: Nissan Menjajaki Pengembangan Mobil Bersama Honda di AS
“Orang China bergerak cepat dan agresif,” kata Gonzalo Elgorriaga, dealer mobil mewah di Punta del Este.
Penetrasi EV Melejit di Seluruh Kawasan
Menurut IEA Global EV Outlook 2025, penetrasi EV di Amerika Latin berlipat ganda menjadi sekitar 4% pada 2024, didorong insentif pemerintah dan banjirnya model EV terjangkau dari China.
Pangsa pasar EV di Amerika Latin:
-
Uruguay: 28% (Q3 2025)
-
Chile: 10.6% (September)
-
Brasil: 9.4% (Agustus)
-
Argentina: tumbuh meski hambatan ekonomi tinggi
Sebagai perbandingan, pada pertengahan 2025:
-
China: 56%
-
Eropa: 51%
-
Jepang: 2%
-
AS: 10%
Baca Juga: General Motors Minta Pemasok Hapus Komponen Asal China dari Rantai Pasok
BYD kini memimpin penjualan EV di Brasil, Kolombia, Ekuador, dan Uruguay, dan baru memasuki Argentina pada Oktober lalu.
Chancay: Pusat Distribusi Baru Mobil China di Amerika Latin
Pelabuhan Chancay kini menjadi simpul penting rantai pasok otomotif China di Amerika Selatan.
“Setiap kapal membawa 800–1.200 kendaraan,” kata Gonzalo Rios dari Cosco Shipping.
Hingga akhir 2025, Cosco memperkirakan 19.000 kendaraan China akan tiba melalui pelabuhan ini.
Sebagian besar diteruskan ke Chile, Ekuador, dan Kolombia, menjadikan Peru calon hub distribusi regional.
Data bea cukai Peru menunjukkan 3.057 mobil tiba di Chancay pada Juli — naik dari 839 pada Januari.
Brasil Jadi Medan Persaingan Baru
Brasil, pasar otomotif terbesar di Amerika Selatan, menghadapi tekanan masuk masif kendaraan China. Negara itu kini mendorong kebijakan relokasi produksi untuk merespons:
-
BYD mulai merakit mobil di pabrik eks-Ford di Bahia.
-
GWM memulai produksi sebagian di fasilitas eks-Mercedes-Benz.
Baca Juga: BYD Targetkan Penjualan 1,6 Juta Mobil Listrik di Pasar Global pada 2026
Namun kritik muncul terkait:
-
kekhawatiran penciptaan lapangan kerja lokal,
-
tarif impor EV yang naik hingga 35% pada Juli 2026,
-
laporan kondisi kerja buruk di pabrik BYD Bahia.
Tantangan Infrastruktur Masih Ada
Meski EV semakin populer, infrastruktur masih menjadi hambatan utama di kawasan.
“Perjalanan sepanjang pantai Peru dari Tumbes ke Tacna masih sulit,” ujar Zwiebach.
Namun bagi sebagian besar pengguna, biaya operasional rendah menjadi daya tarik kuat.
“Mobil listrik lebih murah dijalankan, dan tidak perlu servis rutin seperti mobil bensin,” ujarnya.













