kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.889   41,00   0,26%
  • IDX 7.204   63,03   0,88%
  • KOMPAS100 1.106   10,86   0,99%
  • LQ45 878   11,63   1,34%
  • ISSI 221   0,93   0,42%
  • IDX30 449   6,38   1,44%
  • IDXHIDIV20 540   5,74   1,07%
  • IDX80 127   1,43   1,14%
  • IDXV30 135   0,66   0,49%
  • IDXQ30 149   1,74   1,18%

Moodys: Bank AS akan Mengalami Kerugian Lebih Besar setelah Krisis SVB


Rabu, 15 Maret 2023 / 07:31 WIB
Moodys: Bank AS akan Mengalami Kerugian Lebih Besar setelah Krisis SVB
ILUSTRASI. Moody's, telah mengeluarkan peringatan terbaru bahwa akan ada lebih banyak kerugian di masa depan untuk sistem perbankan AS pasca bangkrutnya SVB. REUTERS/Dado Ruvic


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie, Maria Gelvina Maysha | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

SVB dan Signature Bank kollaps dengan sangat cepat ketika terlalu banyak nasabah menarik dana mereka dari bank pada saat yang bersamaan. 

Melansir MarketWatch pada Selasa (14/3), biasanya jenis risiko paling umum yang dihadapi oleh bank komersial adalah kasus gagal bayar pinjaman. 

Namun, yang terjadi pada SVB bermuara pada dua risiko besar lainnya yang dihadapi setiap pemberi pinjaman, yakni risiko suku bunga dan risiko likuiditas. 

Bank akan menghadapi risiko bunga ketika suku bunga meningkat dengan cepat dalam periode yang lebih singkat. 

Sejak Maret 2022, Federal Reserve telah menaikkan suku bunga secara agresif yang hingga saat ini mencapai 4,5 bps dengan tujuan menjinakkan lonjakan inflasi. Akibatnya, nilai imbal hasil utang turut melonjak pada tingkat yang setara. 

Kemudian pada Maret 2023, nilai obligasi pemerintah AS selama satu tahun mencapai level tertinggi dalam 17 tahun terakhir sebesar 5,25% dan angka itu naik dari 0,5% pada awal 2022. Adapun, nilai obligasi negara selama 30 tahun telah naik hampir 2 bps. 

Baca Juga: Investor Cemas akan Dampak SVB, Saham Bank Jepang Ikut Melorot

Saat imbal hasil sekuritas naik, harganya akan turun. Kenaikan suku bunga yang begitu cepat dalam waktu yang begitu singkat lantas menyebabkan nilai pasar dari obligasi yang diterbitkan sebelumnya anjlok, terutama untuk obligasi jangka panjang. 

Dalam kasus ini, SVB memiliki aset sekitar 55%  yang diinvestasikan dalam sekuritas pendapatan tetap, seperti obligasi pemerintah AS. 

Sebetulnya, risiko suku bunga yang menyebabkan turunnya nilai pasar sekuritas bukanlah masalah besar selama pemiliknya dapat memegangnya sampai jatuh tempo. 

Tetapi jika pemilik harus menjual sekuritas sebelum jatuh tempo pada saat nilai pasar lebih rendah dari nilai nominalnya, kerugian yang belum direalisasi akan menjadi kerugian yang sebenarnya. 

Baca Juga: OJK: Krisis SVB Tidak Berdampak Langsung ke Perbankan Indonesia



Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×