Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Yudho Winarto
Pada tahun 2015 merupakan tahun rekor untuk merger dan akuisisi. Serangkaian penawaran jumbo diantaranya Anheuser Busch InBev yang mengakuisisi SABMiller senilai US$ 110,3 miliar, serta Shell yang merger BG Group senilai US$ 53 miliar.
Valuasi murah
Keputusan Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit) memang memicu gejolak politik dan keuangan di Inggris. Akibatnya, poundsterling melemah cukup dalam terhadap dollar AS. Meski demikian, Brexit justru menguntungkan bagi ekonomi Inggris.
Hal ini nampak dari data ekonomi yang ditunjukkan oleh Inggris masih tangguh. Bahkan tak membuat aksi merger dan akuisisi terhenti.
Seminggu setelah Theresa May menggantikan posisi David Cameron menjadi Perdana Menteri Inggris, Softbank perusahaan asal Jepang menawar perusahaan desainer cip ARM Holdings senilai US$ 30,7 miliar. "Saya salah satu orang pertama yang bertaruh Betelah Brexit," ujar Masayoshi Son, pendiri Softbank.
Setelah Softbank, menyusul Fox yang berniat membeli perusahaan televisi berbayar, Sky dengan nilai kesepakatan US$ 14,6 miliar. Pelemahan poundsterling membuat valuasi perusahaan Inggris lebih murah 10% hingga 20%.