kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,59   -9,90   -1.07%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Obligasi jatuh tempo dari sejumlah negara besar mencapai US$ 13 triliun


Selasa, 05 Januari 2021 / 16:40 WIB
Obligasi jatuh tempo dari sejumlah negara besar mencapai US$ 13 triliun
ILUSTRASI. Bendera Amerika Serikat. REUTERS/Mike Blake TPX IMAGES OF THE DAY


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Negara-negara dengan perekonomian terbesar yang tergabung dalam Grup 7 (G7) serta ditambah dengan negara kunci dari emerging market akan menghadapi utang obligasi jatuh tempo sebesar US$ 13 triliun tahun ini. 

Angka tersebut merupakan rekor tertinggi dalam satu dekade terakhir. Banyak negara dari kelompok ini mencetak utang jumbo untuk mengangkat ekonomi mereka dari kemerosotan terburuk.

Berdasarkan data yang dihimpun Bloomberg, pemerintah dari negara-negara tersebut kemungkinan perlu menambah utang 51% lebih banyak dibandingkan tahun 2020.

 Baca Juga: Jepang buka peluang kerjasama pertahanan dengan negara Eropa di Indo-Pasifik

Kabar baiknya, bank sentral maupun investor berpihak pada mereka. Kebijakan yang dikeluarkan cenderung akomodatif dan menjaga biaya pinjaman tetap rendah. Obligasi menjadi instrumen yang dicari di tengah tekanan pandemi Covid-19.

Gregory Perdon, Co-Chief Investment Officer Arbuthnot Latham mengatakan, rasio utang pemerintah memang meningkat. Namun, menurutnya hal itu tidak perlu dikhawatirkan. "Hutang itu bermanfaat dengan asumsi tidak disalahgunakan. Itu merupakan salah satu alat paling sukses untuk menumbuhkan kekayaan," katanya dikutip Bloomberg, Selasa (5/1).

Kebutuhan pembiayaan kembali atau refinancing utang obligasi tertinggi dicatatkan Amerika Serikat (AS) mengingat utang jatuh temponya mencapai US$ 7,7 triliun, disusul oleh Jepang dengan nilai US$ 2,9 triliun. 

Utang jatuh tempo China naik menjadi US$ 577 miliar dari  US$ 345 miliar tahun 2020. Di Eropa, Italia memiliki utang jatuh tempo paling besar yakni US$ 433 miliar, diikuti Prancis US$ 348 miliar, dan Jerman US$ 325 miliar atau naik dari US$ 201 miliar pada tahun lalu. Namun, tidak semua utang jatuh tempo tersebut akan diperpanjang dengan pinjaman baru. 

Negara-negara tersebut secara pasti masih mengharapkan pertumbuhan ekonomi yang tercermin dari imbal hasil obligasi yang masih tinggi. Rata-rata ekonom yang disurvei Bloomberg memperkirakan imbal hasil treasury 10 tahun akan mencapai 1,24% pada kuartal keempat. 

Baca Juga: Senator AS: China bersiap untuk perang dunia III di Laut China Selatan

Namun tanggung jawab tetap ada pada pembuat kebijakan dunia untuk mempertahankan suku bunga rendah guna mendorong pemulihan ekonomi global. The Fed yang tengah bergerak untuk membeli hampir separuh dari US$ 2 triliun pasokan bersih yang dimiliki TD Securities mengharapkan utang pemerintah AS diterbitkan tahun ini.

Di Eropa, hasil dari pembelian obligasi bank sentral akan membantu menciptakan kekurangan pasokan sebesar 133 miliar euro  atau US$ 164 miliar, berdasarkan data Jefferies International. 

Selanjutnya: Israel berharap bisa membeli jet tempur siluman F-35 dari AS sebelum Trump lengser




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×