Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON D.C. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) pada hari Senin (5/10) waktu setempat mengumumkan panduan kesehatan baru terkait COVID-19. Mereka meyakini bahwa virus corona menyebar lewat udara dan menginfeksi manusia secara luas.
Dikutip Reuters, CDC mengungkap bahwa COVID-19 mampu menyebar melalui virus yang tertinggal di udara selama berjam-jam. Hal ini seolah mengakui kekhawatiran masyarakat akan potensi penyebaran virus corona di udara.
Terkait dengan penyebaran lewat udara ini, CDC telah beberapa kali mengambil sikap yang berbeda. Badan kesehatan AS ini sempat mengumumkan hal yang sama, mencabutnya kembali, dan akhirnya kembali mengakui adanya potensi bahwa virus corona menyebar lewat udara.
Pada pedoman baru yang dirilis hari Senin, CDC mengatakan ada bukti bahwa orang yang menderita COVID-19 bisa menginfeksi orang lain yang berjarak lebih dari 2 meter darinya, di dalam ruangan tertutup dengan ventilasi yang buruk.
Dalam keadaan seperti itu, CDC mengatakan bahwa para ilmuwan yakin droplets (tetesan) atau aerosol yang keluar dari penderita akan mampu terkonsentrasi dan cukup untuk menyebarkan virus.
Baca Juga: Waspada! WHO: 1 dari 10 orang mungkin terinfeksi virus corona
Sekelompok ilmuwan AS memperingatkan dalam surat terbuka pada hari Senin bahwa aerosol yang tertinggal di udara dapat menjadi sumber utama penularan COVID-19. Laporan para peneliti ini kemudian membuka kembali pemahaman CDC bahwa virus corona menyebar lewat udara.
"Pada kenyataannya, penularan melalui udara adalah cara utama penularan terjadi dalam jarak dekat dengan kontak yang lama," ungkap para peneliti seperti dikutip Reuters.
Virus dalam aerosol dapat tetap di udara selama beberapa detik hingga berjam-jam, melakukan perjalanan lebih dari dua meter dan terakumulasi di udara dalam ruangan yang berventilasi buruk. Hal ini menyebabkan penyebaran makin sulit dibatasi karena virus corona menyebar lewat udara.
Para ilmuwan meyakini bahwa saat ini sudah saatnya untuk fokus pada perlindungan terhadap penularan dari udara karena para penderita mampu melepaskan ribuan aerosol yang sarat virus.
Mereka juga mengingatkan para pejabat kesehatan untuk lebih jelas membedakan antara tetesan yang dikeluarkan melalui batuk atau bersin dan aerosol yang dapat membawa virus ke jarak yang lebih jauh.