kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.470.000   6.000   0,24%
  • USD/IDR 16.726   22,00   0,13%
  • IDX 8.691   4,93   0,06%
  • KOMPAS100 1.195   1,09   0,09%
  • LQ45 857   2,60   0,30%
  • ISSI 310   -0,14   -0,04%
  • IDX30 439   1,36   0,31%
  • IDXHIDIV20 508   2,62   0,52%
  • IDX80 134   0,29   0,22%
  • IDXV30 139   0,52   0,37%
  • IDXQ30 139   0,63   0,45%

Parlemen Eropa Siap Putuskan Skema Bantu Wanita dari Negara Larang Aborsi


Rabu, 17 Desember 2025 / 08:18 WIB
Parlemen Eropa Siap Putuskan Skema Bantu Wanita dari Negara Larang Aborsi
ILUSTRASI. Aborsi (shutterstock/dok)


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Parlemen Uni Eropa (UE) akan menggelar pemungutan suara pada Rabu (17/12/2025) terkait skema yang memungkinkan wanita dari negara-negara dengan pembatasan aborsi melakukan prosedur aborsi di negara anggota lain secara gratis.

Inisiatif warga bertajuk “My Voice, My Choice” mengusulkan dana dari anggaran UE untuk menanggung biaya aborsi bagi warga dari negara dengan larangan hampir total seperti Malta dan Polandia, atau tempat di mana akses aborsi sulit seperti Italia dan Kroasia.

Baca Juga: Dukung Armada Kepresidenan, Angkatan Udara AS Bakal Beli Dua Pesawat Boeing 747-8

Tren di Eropa menunjukkan peningkatan akses terhadap aborsi, misalnya Inggris telah mendekriminalisasi aborsi dan Prancis menjadikannya sebagai hak konstitusional.

Namun, di saat bersamaan, dukungan terhadap partai sayap kanan yang menentang aborsi meningkat.

Para pendukung inisiatif ini, termasuk aktivis hak aborsi dan beberapa anggota Parlemen Eropa (MEP) dari kubu kiri hingga tengah-kanan, menilai skema ini dapat mengurangi praktik aborsi tidak aman dan membantu wanita yang kekurangan dana untuk prosedur di luar negeri.

"Ini akan menempatkan kami setara dengan warga Eropa lainnya," kata Isabel Stabile, seorang dokter yang menggalang dukungan di Malta.

Sementara itu, kritik datang dari pihak sayap kanan dan sebagian MEP tengah-kanan yang menilai proposal ini ikut campur terhadap hukum nasional dan nilai-nilai Kristen tradisional.

Baca Juga: EU Longgarkan Target Mobil Bebas Emisi 2035, 10% Non‑Listrik Diizinkan

Jaringan Lobi dan Penolakan

Pemungutan suara dijadwalkan berlangsung setelah tengah hari waktu Strasbourg (sekitar pukul 13.00 GMT), dan analis memperkirakan inisiatif ini kemungkinan akan disetujui.

Setelah itu, Komisi Eropa memiliki waktu hingga Maret untuk memutuskan apakah akan mengadopsi proposal ini, meski inisiatif warga lain sebelumnya jarang berhasil.

Menjelang voting, pihak oposisi menggelar beberapa kegiatan melalui federasi anti-aborsi One of Us dan European Centre for Law and Justice, cabang dari American Center for Law and Justice yang sebelumnya menangani kasus aborsi di Mahkamah Agung AS, termasuk pembatalan Roe v Wade pada 2022.

Baca Juga: Spirit dan Frontier Airlines Dikabarkan Bakal Merger

"Mengirim wanita ke negara yang lebih liberal adalah serangan terhadap tatanan nasional," kata Elisabeth Dieringer dari kelompok sayap kanan Patriots for Europe dalam debat parlemen.

"Penyalahgunaan kekuasaan ideologis seperti ini tidak akan kami terima di tingkat UE."

Skema ini menimbulkan perdebatan sengit di Parlemen Eropa, memperlihatkan ketegangan antara upaya memperluas hak aborsi dan mempertahankan hukum serta nilai tradisional di negara anggota.

Selanjutnya: Prakiraan Cuaca DKI Jakarta 17-26 Desember 2025: Hujan Ringan dan Mendung

Menarik Dibaca: Redmi Note 15 Mengusung Layar AMOLED 6.77 Inci, Kecerahannya Mencapai 3200 Nit




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×