Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar saham Asia pada Kamis (25/9) cenderung melemah setelah reli kuat dalam beberapa pekan terakhir. Investor mengambil posisi untuk menghadapi aliran dana akhir bulan dan kuartal.
Indeks saham Asia-Pasifik di luar Jepang (MSCI Asia-Pacific ex-Japan) turun 0,2%, meski sudah mencatat kenaikan 5,5% dalam sebulan dan 9% sepanjang kuartal ini.
Di Jepang, indeks Nikkei naik tipis 0,1%, setelah sebelumnya melonjak 7% bulan ini dan 13% dalam kuartal berjalan. Sementara itu, saham unggulan China (CSI300) bergerak datar, dan indeks Hang Seng Hong Kong melemah 0,2%.
Analis IG, Tony Sycamore, menilai pergerakan rebalancing portofolio berpotensi menekan indeks saham AS dan Jepang, sementara pasar saham Jerman dan Australia diperkirakan menjadi penerima aliran beli.
Wall Street dan Prospek Kebijakan The Fed
Wall Street ditutup melemah dua hari beruntun seiring aksi ambil untung dari saham yang sempat mencetak rekor tertinggi.
Baca Juga: Hong Kong Kembali Buka Bandara Usai Dihantam Topan Ragasa
Meskipun begitu, pasar berjangka masih memperkirakan 92% peluang penurunan suku bunga The Fed pada Oktober, meski ekspektasi total easing menyusut menjadi 100 basis poin dari sebelumnya 125 basis poin.
Sejumlah pejabat The Fed, termasuk Presiden Fed San Francisco Mary Daly, menyatakan pemangkasan suku bunga lanjutan kemungkinan masih dibutuhkan, namun waktunya belum jelas. Ketua The Fed, Jerome Powell, pekan lalu juga menegaskan sikap hati-hati setelah pemangkasan suku bunga pertama tahun ini.
Data ekonomi AS akan menjadi sorotan, termasuk PCE (Personal Consumption Expenditures)—indikator inflasi favorit The Fed—pada Jumat, serta estimasi final PDB kuartal II pada Kamis. Di sisi lain, prospek shutdown pemerintah AS semakin membayangi pasar.
Pasar Obligasi dan Likuiditas
Pasar obligasi AS bergejolak menyusul pasokan surat utang pemerintah dan korporasi yang meningkat. Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun stabil di 4,1408%, setelah naik 3 basis poin sehari sebelumnya.
Departemen Keuangan AS akan melelang obligasi tenor 7 tahun senilai US$44 miliar, melanjutkan lelang tenor 2 tahun dan 5 tahun awal pekan ini.
Yen Melemah Tajam, Franc Swiss Menguat
Di pasar valuta asing, dolar AS turun tipis 0,1% menjadi 148,77 yen, setelah sempat menguat 0,9% pada sesi sebelumnya.
Yen menjadi mata uang dengan kinerja terburuk, menyentuh level terendah dalam lebih dari setahun terhadap euro di 174,78, mendekati rekor terendah 175,9. Yen juga mencetak rekor terendah sepanjang masa terhadap franc Swiss di 187,30.
Baca Juga: Mata Uang Asia Kamis (25/9) Pagi: Taiwan Dollar dan Peso Filipina Pimpin Pelemahan
Sementara itu, Swiss National Bank (SNB) diperkirakan menahan suku bunga kebijakan di 0% untuk pertama kalinya sejak akhir 2023.
Komoditas: Minyak dan Emas
Harga minyak melemah setelah reli lebih dari 2% sehari sebelumnya, yang membawa harga ke puncak tujuh minggu. Penurunan ini terjadi meski ada kekhawatiran pasokan akibat turunnya stok minyak mentah AS serta gangguan ekspor dari Irak, Venezuela, dan Rusia.
-
Minyak WTI turun 0,4% ke US$64,73 per barel
-
Brent turun 0,3% ke US$69,11 per barel
Menurut analis Commonwealth Bank of Australia, Vivek Dhar, harga Brent masih mendapat dukungan di kisaran US$65–70/barel, meski pasar memperkirakan kelebihan pasokan pada kuartal IV 2025 dan kuartal I 2026. Dhar memperkirakan ada risiko harga Brent turun ke US$60/barel pada kuartal berikutnya.
Sementara itu, harga emas spot stabil di US$3.739 per ons, setelah melemah 0,7% pada sesi sebelumnya akibat penguatan dolar AS.