Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - BEIJING. China bersedia memainkan peran "konstruktif" dalam keberhasilan KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di San Francisco. Hal itu diungkapkan diplomat utama China pada hari Selasa (26/9/2023), setelah ketidakhadiran Presiden Xi Jinping di KTT G20 di India.
“Sebagai negara berkembang terbesar di dunia dan anggota penting APEC, China bersedia memenuhi harapan masyarakat internasional dan memainkan peran konstruktif dalam keberhasilan APEC tahun ini,” kata Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi.
Melansir Reuters, Xi tanpa penjelasan resmi, tidak menghadiri KTT G20 yang digelar di New Delhi bulan ini, dan digantikan oleh Perdana Menteri China Li Qiang. Hal ini mendorong Amerika Serikat untuk mengatakan China “menyerah” pada G20 dan sedang membangun tatanan dunia alternatif.
“Tentu saja, kami dan semua pihak berharap Amerika Serikat mengakui tanggung jawabnya sebagai tuan rumah, menunjukkan keterbukaan, keadilan, inklusivitas, dan tanggung jawab, serta menciptakan kondisi yang lebih baik untuk kelancaran penyelenggaraan pertemuan,” kata Wang dalam konferensi pers.
Menurut Wang, saat ini China sedang berkomunikasi dengan pihak-pihak terkait, dan akan membuat pengumuman pada waktunya.
Baca Juga: Sengketa Sengit dengan China di Laut China Selatan, Filipina Janji Takkan Mundur
Dialog antara China dan Amerika Serikat secara bertahap dilanjutkan meskipun ada ketegangan antara kedua negara adidaya, terutama terkait Taiwan. Harapan meningkat bahwa Xi akan bertemu dengan Biden di sela-sela APEC, setelah kehilangan kesempatan untuk pertemuan tatap muka di G20 di India.
Pada konferensi pers yang sama, Wang mengatakan, tanpa menyebut nama negara mana pun, bahwa China menentang perluasan aliansi militer yang “ceroboh” yang menekan ruang keamanan negara lain.
Beijing mengkritik upaya Washington yang terus-menerus memperdalam aliansi militer di kawasan Asia-Pasifik. China, khususnya, tidak menyetujui pangkalan yang dibangun militer AS di utara Filipina untuk menghadapi Taiwan yang diperintah secara demokratis, yang diklaim China sebagai bagian dari wilayahnya.
Baca Juga: Situasi di Semenanjung Korea Berbahaya, Korut Percepat Kemampuan Pertahanan Diri
China telah lama menganjurkan kemitraan dibandingkan aliansi, dan bukan bagian dari blok militer mana pun. Sekutu satu-satunya yang tersisa setelah pembubaran Uni Soviet pada tahun 1991 adalah Korea Utara, yang mana China terikat oleh perjanjian tahun 1961 untuk membela negara tersebut jika diserang.