Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Pemimpin Gereja Katolik Roma, Paus Leo XIV, menyatakan siap dan bersedia menjadi tuan rumah negosiasi mengenai perdamaian Ukraina.
Kesiapan itu disampaikan Paus kepada Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni pada hari Rabu, 21 Mei 2025.
"Giorgia Meloni mengadakan pembicaraan telepon dengan Paus Leo XIV untuk membahas langkah selanjutnya yang perlu diambil untuk mencapai perdamaian yang adil dan abadi di Ukraina. Paus menegaskan kembali kesiapannya untuk mengadakan pembicaraan berikutnya di Vatikan," tulis layanan pers pemerintah Italia, dikutip TASS.
Sebelum pernyataan tersebut dirilis, Paus Leo XIV juga disebut telah mengajak semua pihak yang terlibat konflik untuk bertemu dan berdialog secara langsung.
Paus Leo XIV mengatakan, dirinya dan Takhta Suci siap melakukan yang terbaik untuk memfasilitasi pembicaraan tersebut.
Saat terpilih menjadi pemimpin Gereja Katolik Roma dua pekan lalu, Paus Leo XIV mengatakan Vatikan dapat bertindak sebagai mediator dalam konflik global, tanpa secara khusus menyebut Ukraina dan Rusia.
Baca Juga: Trump Sebut Rusia-Ukraina Setuju Gelar Perundingan, Putin Ucapkan Terima Kasih
Upaya Perdamaian Ukraina-Rusia
Pertempuran di tanah Ukraina masih berlangsung sejak Rusia melakukan invasi pada 24 Februari 2022. Kedua pihak masih sulit menerima persyaratan damai yang diajukan lawannya.
Baru-baru ini, Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, mengakui bahwa menyusun nota kesepahaman dengan Ukraina tentang perjanjian damai di masa depan akan memakan banyak waktu.
"Tugas yang paling sulit sekarang adalah mengisi memorandum ini dengan konten yang diperlukan. Konten yang akan meletakkan dasar yang kokoh untuk masa depan, konten yang akan membantu memulihkan perdamaian abadi," kata Medvedev, dikutip TASS hari Selasa (20/5)
Sebelumnya, Presiden Vladimir Putin mengatakan bahwa Rusia siap bekerja sama dengan Ukraina untuk menyusun memorandum mengenai perjanjian perdamaian di masa depan.
Baca Juga: Kremlin: Putin Bisa Bertemu Zelenskiy Jika Kesepakatan Tertentu Tercapai
Setelah melakukan pembicaraan dengan Presiden Donald Trump, Putin menyebut memorandum harus mencakup isu-isu terkait gencatan senjata dan prinsip-prinsip penyelesaian konflik.
Secara umum, Rusia menuntut beberapa hal, termasuk di antaranya adalah meminta Ukraina menjadi negara netral, mengurangi militernya secara drastis, dan melupakan mimpinya untuk bergabung dengan NATO.
Rusia juga menginginkan pengakuan internasional atas perolehan teritorialnya di Ukraina, termasuk aneksasi Krimea dan empat wilayah timur. Putin pun ingin Presiden Volodymyr Zelenskyy beserta jajarannya di Ukraina digantikan oleh pemerintahan transisi.
Di kubu lawan, Ukraina jelas tidak akan pernah mengakui wilayah kedaulatannya sebagai bagian dari Rusia. Ukraina juga akan terus berusaha mencari dukungan pertahanan dari sekutunya untuk memastikan Rusia tidak akan pernah menginvasi wilayahnya lagi.
Tonton: Setelah Jet Rafale Jatuh, India Sesumbar Bakal Memproduksi Jet Tempur Lokal dan Mengekspornya