Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Sebelumnya, para ekonom telah menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi China hingga tahun depan karena data terbaru menunjukkan memburuknya pasar properti, melambatnya pertumbuhan konsumen dan manufaktur, dan merosotnya investasi swasta.
Melansir Reuters, pandangan beberapa pengamat China adalah bahwa fokus Xi Jinping pada keamanan nasional bertentangan dengan upaya pemulihan ekonomi. Hal itu membuat dana asing yang ingin masuk ke Beijing menjadi tertahan.
"Masalah inti tahun ini adalah bahwa kepemimpinan telah memberikan instruksi tingkat tinggi yang tidak jelas kepada para pejabat untuk menyeimbangkan pembangunan ekonomi dengan keamanan nasional," kata Christopher Beddor, wakil direktur penelitian China di Gavekal Dragonomics.
Dia menambahkan, "Jika pejabat tidak yakin dengan apa yang diinginkan pimpinan, mereka cenderung menunda tindakan apa pun sampai mereka menerima lebih banyak informasi. Hasilnya adalah kelumpuhan kebijakan, bahkan jika itu harus dibayar mahal."
Baca Juga: Sektor Properti China Dilanda Krisis, Begini Rekomendasi Saham Emiten Tambang Logam
Analis lainnya mengatakan, ada keragu-raguan Partai Komunis terhadap langkah-langkah yang dapat mengalihkan kekuasaan dari negara ke sektor swasta.
Selain itu, pemerintahan yang banyak diisi oleh loyalis Xi, mungkin menghambat kebijakan untuk mendongkrak perekonomian. Yang pasti, perubahan di China dapat memakan waktu, seperti yang dilakukan Beijing untuk mempertahankan pembatasan COVID-19 yang merusak secara ekonomi hampir sepanjang tahun lalu.
Menurut ekonom yang disurvei Bloomberg, Produk Domestik Bruto China kemungkinan akan tumbuh sebesar 5,1% tahun ini, sejalan dengan target pemerintah sebesar sekitar 5%.