Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
Pemerintah saat ini mulai mempertimbangkan untuk memperkuat tindakan-tindakan khusus sebelum status darurat diterapkan. Salah satunya adalah pemeriksaan yang lebih ketat pada tempat-tempat hiburan malam.
Di sisi lain, muncul pandangan bahwa pemerintah mulai memandang bahwa bisnis hiburan malam ini sebagai biang kerok dari bertambahnya jumlah kasus. Hal ini disesalkan oleh semua pihak yang bekerja di dalamnya.
Masayuki Saijo, direktur virologi di National Institute of Infectious Diseases, mengatakan tidak tepat untuk mendiskriminasi orang berdasarkan di mana atau kapan mereka bekerja.
Baca Juga: Corona di Jepang: Rekor baru di Tokyo, bertambah 280 kasus dalam sehari
"Tidak ada perbedaan, bekerja di malam hari atau bekerja di siang hari. Strategi untuk mengurangi infeksi dari manusia ke manusia harus diterapkan dengan merata," ungkapnya dikutip dari Reuters.
Kaori Kohga, wakil direktur Asosiasi Bisnis Kehidupan Malam menambahkan, saat ini ada lebih dari satu juta orang yang menggantungkan hidup di industri ini.
Semuanya berada di bawah tanggung jawab pemerintah dan membutuhkan aturan yang jelas agar perekonomian biisa terus berputar.
Kohga bersama asosiasinya kini dengan mandiri membuat pedoman kesehatan sendiri seperti menyemprot mic karaoke dengan disinfektak. Mereka juga menyebut aturan pemerintah seperti menggunakan masker dan social distancing tidaklah efektif.
Baca Juga: Kasus virus corona melonjak, Tokyo kibarkan bendera merah