Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Pekerja malam Jepang memintan pemerintah untuk mengeluarkan pedoman yang jelas dalam menangkal penyebaran virus corona yang makin ganas di Jepang.
Mereka merasa pemerintah perlu menaruh perhatian lebih pada industri ini mengingat selama ini sering dijadikan kambing hitam atas melonjaknya kasus infeksi.
Melansir Reuters, para pekerja di bar dan klub malam membutuhkan aturan pasti tentang bagaimana cara yang benar untuk tetap bisa berinteraksi dengan pengunjung.
Shinya Iwamuro, ahli urologi dan advokat keesehatan masyarakat dari Tokyo, selama ini mencoba memberikan pendampingan dan mengajarkan langkah-langkah pencegahan Covid-19 di distrik Shinjuku, Tokyo.
Baca Juga: Mayoritas masyarakat Jepang tolak rencana Perdana Menteri Shinzo Abe di program ini
Sejauh ini beberapa aturan yang sudah diterapkan secara mandiri adalah dengan tidak berciuman, tidak makan di piring yang sama, dan mengatur posisi saat melakukan percakapan untuk menghindari penularan melalui droplet.
"Sebisa mungkin, hanya mencium pasangan Anda sendiri, dan hindari ciuman yang terlalu dalam," ungkap Iwamuro dalam sebuah konferensi pers dikutip dari Reuters.
Pengujian strategis di sentra hiburan malam Tokyo sejauh ini membuktikan adanya peningkatan jumlah kasus dari wilayah tersebut. Terutama di rentang usia 20-30 tahunan.
Akhir pekan lalu, kasus infeksi corona di Tokyo sudah mendekati angka 300. Sayangnya pemerintah masih memberikan izin bagi sejumlah pihak untuk melakukan perjalanan keluar maupun masuk ke Tokyo.
Baca Juga: Peningkatan kasus Covid-19 di pangkalan militer AS di Okinawa picu kemarahan warga
Pemerintah saat ini mulai mempertimbangkan untuk memperkuat tindakan-tindakan khusus sebelum status darurat diterapkan. Salah satunya adalah pemeriksaan yang lebih ketat pada tempat-tempat hiburan malam.
Di sisi lain, muncul pandangan bahwa pemerintah mulai memandang bahwa bisnis hiburan malam ini sebagai biang kerok dari bertambahnya jumlah kasus. Hal ini disesalkan oleh semua pihak yang bekerja di dalamnya.
Masayuki Saijo, direktur virologi di National Institute of Infectious Diseases, mengatakan tidak tepat untuk mendiskriminasi orang berdasarkan di mana atau kapan mereka bekerja.
Baca Juga: Corona di Jepang: Rekor baru di Tokyo, bertambah 280 kasus dalam sehari
"Tidak ada perbedaan, bekerja di malam hari atau bekerja di siang hari. Strategi untuk mengurangi infeksi dari manusia ke manusia harus diterapkan dengan merata," ungkapnya dikutip dari Reuters.
Kaori Kohga, wakil direktur Asosiasi Bisnis Kehidupan Malam menambahkan, saat ini ada lebih dari satu juta orang yang menggantungkan hidup di industri ini.
Semuanya berada di bawah tanggung jawab pemerintah dan membutuhkan aturan yang jelas agar perekonomian biisa terus berputar.
Kohga bersama asosiasinya kini dengan mandiri membuat pedoman kesehatan sendiri seperti menyemprot mic karaoke dengan disinfektak. Mereka juga menyebut aturan pemerintah seperti menggunakan masker dan social distancing tidaklah efektif.
Baca Juga: Kasus virus corona melonjak, Tokyo kibarkan bendera merah