Sumber: Reuters | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Jepang mulai mengurangi stimulus moneter. Bank of Japan (BOJ) memangkas pembelian obligasi negara sekitar ¥ 10 miliar untuk tenor antara 10-25 tahun dan ¥ 10 miliar untuk tenor lebih panjang daripada 25 tahun.
BOJ mengumumkan rencana ini pada Selasa (9/1), dan langsung menuai reaksi dari pasar. Nilai tukar yen langsung menguat terhadap dollar dan imbal hasil obligasi negara Jepang bertenor 10 tahun bergeser dari 0,16% menjadi 0,074%.
Langkah penurunan ini sejalan dengan rencana BOJ mengurangi pembelian surat utang sedikit demi sedikit yang kerap disebut sebagai stealth tapering. Tapi, para trader melihat bahar pasar sensitif terhadap penarikan stimulus yang selama ini menjadi kebijakan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe lewat Abenomics dalam 4,5 tahun terakhir.
Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda berkali-kali menolak peluang penarikan stimulus dalam waktu dekat meski beberapa pejabat mengungkapkan kekhawatiran efek pelonggaran moneter berkepanjangan. Efek ini terutama tampak pada margin laba lembaga keuangan yang mini.
Pada tahun 2016, BOJ berjanji akan menjaga suku bunga jangka pendek pada -0,1% dan imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun sekitar 0%. BOJ juga menambah kepemilikan obligasi di level ¥ 80 triliun per tahun.
Tahun lalu, sebenarnya BOJ hanya merealisasikan pembelian obligasi ¥ 58 triliun. Investor melihat, tapering BOJ ini cukup efektif. Apalagi, inflasi Jepang naik dalam 11 bulan berturut-turut hingga November lalu.
Nah, setelah pengumuman pemangkasan kemarin, BOJ akan membeli obligasi bertenor 10-25 tahun dengan jumlah ¥ 190 miliar dan tenor lebih dari 25 tahun sebesar ¥ 80 miliar.
"Meski sulit untuk membeli Japan Government Bond (JGB), tapi tidak ada alasan juga untuk menjual JGB dengan mempertimbangkan bahwa BOJ kemungkinan besar tidak akan mengubah kebijakan suku bunga, setidaknya hingga ada pemimpin baru April mendatang," kata Ryoko Tada, analis fixed income Nomura Securities kepada Reuters.
Beberapa analis melihat bahwa BOJ tidak konsisten dalam mengatur kebijakan moneter. Apalagi, penurunan pembelian obligasi ini mendadak. Tidak ada anggota Dewan Gubernur BOJ yang mengusulkan pengurangan stimulus.
"Lebih baik BOJ menunggu rapat 23 Januari mendatang untuk mengubah kebijakan, misalnya dengan target pembelian ¥ 40 triliun," kata analis Westpac dalam catatan yang dikutip Reuters.
Masalahnya, inflasi masih jauh dari target BOJ pada angka 2%. Pertumbuhan upah pun masih jauh dari harapan pemerintah sebesar minimal 3%.
Pendapatan riil Jepang mencatat kenaikan untuk pertama kalinya dalam 11 bulan pada November lalu. Tapi, kenaikan ini hanya 0,1%.