Sumber: Jerusalem Post,Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Kematian Fakhrizadeh berpotensi mempersulit upaya Presiden terpilih AS Joe Biden untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir di masa kepresidenan Barack Obama. Kondisi ini dapat menyebabkan konfrontasi antara Iran dan musuh-musuhnya di minggu-minggu terakhir masa kepresidenan Trump.
"Apakah Iran tergoda untuk membalas dendam atau menahan diri, itu akan membuat Biden sulit untuk kembali ke perjanjian nuklir," tulis Amos Yadlin, mantan kepala intelijen militer Israel dan direktur Institut Studi Keamanan Nasional Israel, pada Indonesia.
Setidaknya empat ilmuwan tewas antara 2010 dan 2012 dalam apa yang dikatakan Teheran sebagai program pembunuhan yang bertujuan menyabotase program energi nuklirnya. Iran selalu membantah mengejar senjata nuklir, dengan mengatakan tujuannya hanya untuk tujuan damai.
Baca Juga: Ilmuwan nuklir paling terkemuka Iran tewas dibunuh dalam serangan mobil
Amerika Serikat mengerahkan kapal induk AS Nimitz dengan kapal-kapal yang menyertainya ke Teluk pada hari Rabu, tak lama sebelum pembunuhan itu, tetapi seorang juru bicara Angkatan Laut AS mengatakan penempatan itu tidak terkait dengan ancaman tertentu.
Jerman juga mendesak semua pihak untuk menahan diri. "Beberapa minggu sebelum pemerintahan AS yang baru menjabat, penting untuk menjaga ruang lingkup pembicaraan dengan Iran sehingga perselisihan mengenai program nuklir Iran dapat diselesaikan melalui negosiasi," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Jerman.