Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - New York. Mutasi virus corona di India diperkirakan menghasilkan varian baru yang lebih berbahaya. Meski demikian, penelitian terbaru menemukan dua vaksin Covid-19 tetap efektif melawan virus corona hasil mutasi di India.
Penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan Amerika Serikat (AS) menemukan vaksin Covid-19 buatan Pfizer dan Moderna tetap sangat efektif melawan dua varian virus corona hasil mutasi India. Studi berbasis laboratorium dilakukan oleh NYU Grossman School of Medicine dan NYU Langone Center.
Hasil ini masih termasuk dalam pengujian awal karena belum dipublikasikan dalam jurnal akademik. "Apa yang kami temukan adalah bahwa antibodi vaksin sedikit lebih lemah terhadap varian, tetapi hanya sedikit (melemahkan). Jadi itu (varian Covid-19 India) tidak akan banyak berpengaruh pada kemampuan perlindungan vaksin," kata peneliti senior Nathaniel "Ned" Landau kepada AFP pada Senin (17/5/2021).
Para peneliti pertama kali mengambil darah dari orang yang divaksinasi dengan salah satu dari dua suntikan, yang dominan di AS dan telah diberikan kepada lebih dari 150 juta orang Amerika. Mereka kemudian memaparkan sampel ini di laboratorium ke partikel pseudovirus yang direkayasa, yang mengandung mutasi di bagian virus corona yang mengalami “lonjakan.”
Baca juga: Vaksinasi tahap tiga dimulai, menyasar masyarakat rentan di wilayah zona merah
Hal tersebut secara khusus ditemukan pada varian B.1.617 atau B.1.618, yang merupakan hasil mutasi virus corona di India. Akhirnya, campuran itu diekspos ke sel yang tumbuh di laboratorium, untuk melihat berapa banyak yang akan terinfeksi.
Partikel pseudovirus yang direkayasa mengandung enzim yang disebut luciferase. Enzim itu digunakan kunang-kunang untuk menghasilkan cahaya. Dengan menambahkannya ke pseudovirus, itu memungkinkan peneliti mengetahui berapa banyak sel yang terinfeksi berdasarkan pengukuran cahaya.
Secara keseluruhan, untuk varian B.1.617 mereka menemukan pengurangan hampir empat kali lipat dalam jumlah antibodi penetral (protein berbentuk Y yang diciptakan sistem kekebalan untuk menghentikan patogen menyerang sel). Semantara untuk varian B.1.618, pengurangannya sekitar tiga kali lipat.
"Dengan kata lain, beberapa antibodi sekarang tidak bekerja lagi melawan varian, tetapi Anda masih memiliki banyak antibodi yang bekerja melawan varian," kata Landau.
"Ada cukup banyak (antibodi) yang berhasil (bertahan) sehingga kami percaya bahwa vaksin akan sangat protektif," tambahnya.
Hipotesis itu melihat tingkat keseluruhan antibodi tetap jauh di atas yang ditemukan dalam sampel, yang diambil dari orang pulih dari infeksi dengan virus, yang tidak dimutasi sebelumnya.
Tetapi penyelidikan laboratorium semacam ini tidak dapat memprediksi seperti apa khasiat dunia nyata, itu masih harus diselidiki melalui penelitian lain. Virus corona diketahui menempel pada reseptor tertentu pada sel manusia yang disebut ACE2, yang digunakannya untuk memaksa masuk.
Tim Landau menunjukkan varian India mampu mengikat lebih erat ke reseptor ini, seperti varian lain yang menjadi perhatian. Hal itu mungkin terkait dengan peningkatan transmisibilitasnya, dibandingkan dengan strain aslinya.
"Hasil (studi) kami memberikan keyakinan bahwa vaksin saat ini akan memberikan perlindungan terhadap varian yang diidentifikasi hingga saat ini," tim menyimpulkan.
Namun, hal ini tidak menghalangi kemungkinan munculnya varian baru yang lebih resisten terhadap vaksin, menyoroti pentingnya vaksinasi yang meluas di tingkat global.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hasil Studi: Vaksin Pfizer dan Moderna Efektif Lawan Varian Covid-19 India",
Penulis : Bernadette Aderi Puspaningrum
Editor : Bernadette Aderi Puspaningrum
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun