Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Korea Selatan mengangkat kekhawatiran baru tentang virus corona baru, setelah bulan lalu terdapat ratusan pasien yang telah sembuh dari penyakit Covid-19 kemudian positif lagi.
Temuan itu menunjukkan, beberapa orang yang pulih dari Covid-19 bisa terinfeksi ulang virus corona, berpotensi mempersulit upaya untuk mencabut pembatasan karantina dan menghasilkan vaksin.
Tetapi, setelah berminggu-minggu penelitian, Korea Selatan sekarang mengatakan, hasil tes tersebut tampaknya "positif palsu" yang disebabkan oleh virus yang tertinggal namun kemungkinan tidak menular.
Korea Selatan pada Rabu (6/5) melaporkan lebih dari 350 kasus pasien yang sudah sembuh kemudian positif terjangkit virus corona lagi, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC).
Baca Juga: Studi: Virus corona menyebar ke seluruh dunia sejak awal epidemi
Karena semakin banyak orang Korea yang tak lagi menjalani pengobatan Covid-19, otoritas kesehatan menemukan tren yang mengganggu. Banyak pasien yang sembuh setelah menjalani tes ulang hasilnya positif.
Sementara para pejabat mengkaji beberapa penjelasan termasuk infeksi ulang pasien atau reaktivasi virus, sebuah panel ahli yang pemerintah bentuk pekan lalu menyimpulkan, yang paling mungkin adalah tes tersebut "positif palsu".
Korea Selatan menggunakan tes reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR), yang mendeteksi materi genetik virus corona. Proses RT-PCR bisa dengan cepat menunjukkan hasil dan dianggap sebagai cara paling akurat untuk mengetahui, apakah pasien terinfeksi virus corona.
Tapi, Seol Dai-wu, pakar dalam pengembangan vaksin di Universitas Chung-Ang, Seoul, mengatakan, dalam beberapa kasus, tes tersebut bisa mendeteksi partikel virus yang lama, yang mungkin tidak lagi menjadi ancaman signifikan bagi pasien atau orang lain.
Tidak menular
"Mesin RT-PCR sendiri tidak bisa membedakan partikel virus yang menular versus partikel virus yang tidak menular, karena tes ini hanya mendeteksi komponen virus apa pun," kata Seol seperti dikutip Reuters.
Senada, KCDC menyatakan, apa yang disebut sebagai hasil "positif palsu" kemungkinan berada di balik kasus pasien yang pulih yang dinyatakan positif lagi.
"Kami masih mengumpulkan bukti untuk mendukung teori bahwa partikel itu berasal dari sel virus mati," ujar Direktur KCDC Jeong Eun-kyeong seperti dilansir Reuters.
Hanya, Jeong bilang, pasien yang kembali positif setelah pulih dari Covid-19 tampaknya tidak menular. "KCDC belum menemukan satu kasus pun pasien seperti itu telah menularkan virus corona ke orang lain," kata Jeong.
Baca Juga: Temukan antibodi corona, Israel cari produsen yang mau produksi massal
Saat menyelidiki orang yang tampaknya mengalami kekambuhan gejala setelah pulih dari Covid-19, KCDC mengambil kultur virus, sebuah proses yang membutuhkan lebih dari dua minggu sebelum hasil yang bisa diandalkan keluar.
Tes kultur virus terhadap 29 pasien sembuh tapi positif kembali sudah keluar pada Rabu (6/5) lalu, dan hasilnya negatif. "Virus (corona) dalam kasus kambuh memiliki sedikit atau tidak ada infeksi," ujar Jeong.
Oh Myoung-don, dokter di Rumahsakit Universitas Nasional Seoul yang memimpin panel para ahli yang menyelidiki kasus tersebut, mengatakan, tidak seperti virus hepatitis B atau HIV, virus corona tidak menyusup ke dalam inti sel inang.
"Itu berarti, tidak menyebabkan infeksi kronis dan kemungkinan mengaktifkannya kembali sangat rendah," katanya pekan lalu.