Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON D.C. Mark Esper, Menteri Pertahan AS mengatakan pada hari Rabu (14/10), bahwa program nuklir dan rudal Korea Utara merupakan ancaman yang serius bagi keamanan.
Komentar ini tentunya muncul setelah Korea Utara melakukan parade militer akhir pekan lalu yang menampilkan rudal balistik antarbenua (ICBM) baru ke publik yang langsung menjadi sorotan dunia.
Bicara sebelum memulai pertemuan dengan Menteri Pertahanan Korea Selatan Suh Wook di Pentagon, Esper sepakat bahwa serangkaian program militer Korea Utara merupakan ancaman serius.
Baca Juga: Angkatan Udara AS konfirmasi rudal hipersonik baru, bisa melesat 6.000 mil per jam
"Kami sepakat bahwa program nuklir dan rudal balistik Korea Utara masih menjadi ancaman seris bagi keamanan dan stabilitas regional dan global," ungkap Esper seperti dikutip Reuters.
Esper menambahkan, Korea Selatan dan AS harus menemukan cara yang adil untuk berbagi biaya pertahanan agar tidak membebani para pembayar pajak di AS.
Pembagian anggaran ini terkait pernyataan Presiden AS Donald Trump yang berulang kali meminta Korea Selatan harus membayar bagian lebih besar dari biaya pasukan militer AS yang ditempatkan di Korea Selatan.
Baca Juga: Begini respons Jepang setelah Korea Utara pamerkan rudal balistik antarbenua
Saat ini ada sekitar 28.000 tentara AS dikerahkan di Korea Selatan. Hal ini dianggap Korea Utara sebagai upaya pencegahan. Tak lama Korea Utara juga mengirimkan pesan khusus ke China terkait pengaruh AS di Asia.
Pada kesempatan berbeda, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyoroti rendahnya angka uji coba ICBM Korea Utara tahun lalu.
Sang menteri pertahanan justru mengatakan ada penurunan risiko keamanan yang diterima AS dari Korea Utra, dan hal itu berkat hubungan baik Donald Trump dan Kim Jong Un.
Kemunculan unit ICBM baru milik Korea Utara akhir pekan lalu memang cukup membuat banyak negara Barat gerah, terutama AS yang memiliki cukup banyak titik strategis di sekitar kawasan Asia Pasifik.
Begitu pula Korea Selatan yang menjadi tetangga sekaligus rival terdekatnya. Negeri Ginseng bahkan lebih khawatir akan kemunculan sistem roket peluncuran ganda (MLRS) baru dan rudal jarak pendek yang cepat.
Korea Selatan menilai bahwa rudal jarak pendek tersebut akan sangat ideal jika digunakan untuk menyerang wilayah mereka.