Sumber: Express.co.uk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Ketegangan antara China dan Jepang terus memanas. Bahkan, kini Tokyo mempertimbangkan tindakan militer terhadap Negeri Panda tersebut.
Melansir Express.co.uk, China sekarang menghadapi pembalasan dari Jepang karena telah meningkatkan aktivitasnya di Laut China Timur.
Pembawa acara WION Shobhit Mittal menjelaskan bahwa Jepang sedang mempertimbangkan untuk mengerahkan pasukannya untuk menekan kemajuan China.
Ini terjadi setelah China baru-baru ini mengesahkan undang-undang yang mengizinkan keterlibatan senjata dengan kapal internasional yang dianggapnya masuk tanpa izin.
"Beijing telah meningkatkan aktivitasnya di Laut China Timur dan ini telah meningkatkan alarm di Tokyo. Jepang sekarang sedang mempertimbangkan untuk mengirim pasukan mereka sendiri untuk menangani lonjakan aktivitas China di dekat pulau Diaoyu yang dikendalikan Tokyo," jelas Mittal.
Baca Juga: Soal Taiwan, China: Tak ada kompromi, Biden harus batalkan praktik berbahaya
Menurut South China Morning Post, penjaga pantai China telah meningkatkan kehadirannya di perairan dekat pulau yang diperebutkan.
"Peningkatan aktivitas terjadi setelah China menerapkan undang-undang baru. Sebuah undang-undang yang memungkinkan pasukan militernya menggunakan senjata terhadap kapal asing yang dilihat Beijing secara ilegal memasuki perairannya," tulis South China Morning Post seperti yang dilansir Express.co.uk.
Seiring situasi yang terus memanas, Jerman menyatakan memiliki rencana untuk mengirim kapal perang ke wilayah tersebut.
Baca Juga: China bersumpah akan menghalangi kemerdekaan Taiwan!
Namun, langkah ini disambut dengan sikap permusuhan dari Beijing yang mengeluarkan peringatan kepada negara Eropa.
Kementerian luar negeri dan pertahanan Jerman mengatakan kapal itu tidak akan melewati apa yang mereka sebut "12-nautical-mile".
Istilah ini mengacu pada sabuk perairan pantai yang membentang sejauh 12 mil laut dari garis pantai suatu negara yang dianggap sebagai batas kontrol teritorial yang dapat dilakukan oleh negara mana pun.
Menurut pemerintah Berlin, fregat Jerman diperkirakan akan berangkat ke Laut China Selatan pada bulan Agustus.
Misinya, kata mereka, adalah untuk memperkuat multilateralisme dan menunjukkan dukungan Jerman untuk Konvensi PBB tentang Hukum Laut.
Baca Juga: China tegas menghalangi kemerdekaan Taiwan, namun mengupayakan hubungan damai
Washington memuji rencana yang diajukan oleh sekutu NATO mereka.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan kepada Reuters: "Kami menyambut baik dukungan Jerman untuk tatanan internasional berbasis aturan di Indo-Pasifik. Komunitas internasional memiliki kepentingan penting dalam pelestarian tatanan maritim terbuka."
AS secara teratur menuduh Beijing melakukan militerisasi kawasan itu dan mencoba mengeksploitasi cadangan minyak dan gas alam.