Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - HONG KONG. China masih memberlakukan sensor yang ketat terhadap jejaring sosial seperti WeChat. Dan perang dagang dengan Amerika Serikat menjadi salah satu topik yang paling disensor tahun lalu.
Dilansir dari South China Morning Post, WeChatscope, sebuah proyek penelitian di Pusat Studi Jurnalisme dan Media Universitas Hong Kong melacak lebih dari 4.000 akun publik yang mencakup berita harian di aplikasi tersebut sepanjang 2018 untuk menganalisis sensor WeChat.
Tim peneliti menemukan bahwa sekitar 11.000 dari 1,04 juta artikel yang ditinjau sebagai bagian dari WeChatscope telah disensor.
Di antara 10 topik yang paling disensor, tiga terkait dengan ketegangan antara Amerika Serikat dan China. Ketiganya adalah perang dagang yang berkepanjangan, sanksi AS terhadap ZTE dan penangkapan kepala keuangan Huawei, Sabrina Meng Wanzhou.
“Tim peneliti menemukan bahwa ruang lingkup topik yang disensor di WeChat telah berkembang dari kebijakan domestik dan keresahan sosial ke topik yang kurang sensitif secara politik sebagai upaya untuk mendukung citra politik internasional Tiongkok sebagai 'kekuatan besar'," tulis laporan penelitian tersebut.
Associate professor King-wa Fu yang mengepalai proyek itu mengatakan hubungan Tiongkok-AS adalah salah satu topik yang paling disensor tahun lalu.
Jumlah artikel yang disensor yang mengandung kata kunci "Sino-AS" memuncak dari akhir Oktober hingga pertengahan November, sebelum jatuh setelah awal Desember, ketika Presiden Cina Xi Jinping dan Donald Trump membuat kesepakatan untuk menahan tarif tambahan selama 90 hari dalam pertemuan keduanya di Argentina.
Di dalam negeri, topik yang paling disensor di WeChat termasuk gerakan #MeToo, terutama reaksi publik pada bulan April, ketika Yue Xin yang merupakan seorang siswa di Universitas Peking menuduh kampusnya berusaha melakukan pembungkaman karena menuntut informasi tentang penanganan seksual.
Topik lain yang masuk dalam daftar adalah skandal vaksin pada bulan Juli, ketika regulator melaporkan bahwa Changchun Changsheng Bio-technology, salah satu pembuat vaksin terbesar di negara itu, telah menghasilkan 252.600 vaksin DPT di bawah standar yang diberikan kepada ratusan ribu bayi.