Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
BANGKOK. Bank Sentral Thailand mengatakan, saat ini perekonomian Negeri Gajah Putih itu akan lebih mampu bertahan dibanding krisis global tahun 1997 silam. Hal ini disebabkan tingkat ketahanan yang cukup tinggi dari perusahaan lokal dan perbankan dalam menghadapi krisis.
“Sejak krisis lalu, kami telah berupaya keras untuk memperkuat sistem yang kami jalankan. Kemampuan kami untuk bertahan di tengah terpaan badai krisis kali ini sangat berbeda dibanding tahun 1997. Saat ini perbankan tidak memiliki masalah likuiditas,” jelas Tarisa Watanagase, Gubernur Bank Sentral Thailand.
Thailand dan negara-negara lain yang sangat bergantung akan ekspor, sudah memangkas suku bunga dan menggelontorkan paket stimulus untuk meningkatkan konsumsi domestik. Hal ini dilakukan untuk menyeimbangkan penurunan pasar ekspor utama mereka yaitu Amerika, Jepang dan Eropa.
Tarisa malah tetap optimis perekonomian Thailand akan tetap tumbuh di tahun ini, meskipun diprediksi akan terus mengalami tekanan hebat dalam beberapa periode ke depan.
Menurut perkiraan bank sentral, Produk Domestik Bruto Thailand kemungkinan akan tumbuh lebih dari 2% di tahun kerbau ini. Pertumbuhan tersebut merupakan yang terendah sejak krisis finansial 1998 yang melanda Asia.
“Krisis ini juga dialami oleh negara lain dan kami tidak bisa mengontrolnya. Dampak krisis akan terlihat lewat transaksi perdagangan. Nah, saat ini kita hanya bisa berharap pada investasi dan konsumsi domestik,” kata Tarisa.
Sebelumnya, Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva juga terus meningkatkan anggaran belanja dan menurunkan pajak untuk meningkatkan ekspansi.
“Kebijakan pemerintah dapat mengurangi masalah, tapi tidak memecahkannya. Banyak sekali pembatasan,” jelas Prasarn Trairatvorakul, Presiden Kasikornbank Pcl.