Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - JENEWA. Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, dunia harus lebih siap untuk pandemi berikutnya, saat dia meminta negara-negara untuk berinvestasi dalam kesehatan masyarakat.
Lebih dari 27,19 juta orang telah dilaporkan terinfeksi virus corona baru secara global dan 888.326 meninggal, menurut penghitungan Reuters, sejak kasus pertama teridentifikasi di China pada Desember 2019 lalu.
"Ini bukan pandemi terakhir," kata Tedros dalam jumpa pers di Jenewa, Senin (7/9), seperti dikutip Reuters.
"Sejarah mengajarkan kita bahwa wabah dan pandemi adalah fakta kehidupan. Tetapi, ketika pandemi berikutnya datang, dunia harus siap, lebih siap dari saat ini,” tegas dia.
Baca Juga: Begini gejala virus corona menurut WHO, mulai paling umum hingga serius
Sebelumnya, WHO tidak mengharapkan vaksinasi luas terhadap Covid-19 hingga pertengahan tahun depan. Mereka menekankan pentingnya pemeriksaan ketat terhadap efektivitas dan keamanan vaksin.
Tak satu pun dari kandidat vaksin dalam uji klinis lanjutan sejauh ini yang menunjukkan "sinyal jelas" kemanjuran pada tingkat setidaknya 50% yang dicari oleh WHO, menurut juru bicara WHO Margaret Harris, Jumat (4/9).
"Kami benar-benar tidak mengharapkan untuk melihat vaksinasi meluas sampai pertengahan tahun depan," kata Harris dalam pengarahan di Jenewa seperti dilansir Reuters.
Tidak memiliki sinyal yang jelas
"(Uji klinis) tahap 3 harus memakan waktu lebih lama, karena kita perlu melihat seberapa protektif vaksin itu, dan kita juga perlu melihat seberapa aman vaksin tersebut," tambahnya.
Baca Juga: WHO: Kami tak punya sinyal jelas, apakah vaksin corona yang sedang uji klinis manjur
Tahap 3 merupakan fase terakhir dalam penelitian vaksin dengan melakukan uji klinis besar-besaran terhadap manusia. Hanya, Harris tidak merujuk pada kandidat vaksin tertentu.
"Banyak orang telah divaksinasi dan apa yang kami tidak tahu adalah, apakah vaksin itu bekerja. Pada tahap ini, kami tidak memiliki sinyal yang jelas, apakah vaksin itu memiliki tingkat kemanjuran dan keamanan yang bermanfaat," ujar Harris.
Karena itu, dia menambahkan, semua data dari uji coba vaksin virus corona harus dibagikan dan dibandingkan.
Sementara aliansi vaksin WHO dan GAVI memimpin rencana alokasi vaksin virus corona global yang dikenal sebagai COVAX. Tujuanannya, untuk membantu pembelian dan pendistribusian vaksin secara adil.
Baca Juga: WHO rekomendasikan obat baru untuk pasien virus corona, ini panduannya
Fokusnya adalah memvaksinasi orang-orang yang paling berisiko tinggi di setiap negara seperti petugas kesehatan.
COVAX menargetkan produksi dan pengiriman 2 miliar dosis vaksin yang disetujui pada akhir 2021. Tapi, beberapa negara yang telah mengamankan pasokan mereka sendiri melalui kesepakatan bilateral, termasuk AS, mengatakan, mereka tidak akan bergabung.
"Pada dasarnya, pintunya terbuka. Kami terbuka. Yang dimaksud dengan COVAX adalah memastikan semua orang di planet ini akan mendapatkan akses ke vaksin (virus corona)," kata Harris.