Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
Perang Kilat dan Target Nuklir
Konflik bersenjata ini dimulai pada 13 Juni, saat Israel melancarkan serangan mendadak ke fasilitas nuklir Iran dan menewaskan sejumlah pejabat tinggi militer.
Ini disebut sebagai pukulan terberat bagi Iran sejak perang Iran-Irak pada 1980-an.
Iran menyatakan bahwa program pengayaan uranium mereka hanya untuk tujuan damai, bukan membuat senjata nuklir.
Pihak berwenang Iran menyebut ratusan orang tewas dalam serangan udara Israel. Namun informasi akurat mengenai kerusakan fasilitas nuklir dan ekonomi belum dapat diverifikasi secara independen karena ketatnya kontrol media di Iran.
Serangan rudal balasan Iran juga menyebabkan 28 korban jiwa di Israel, jumlah terbesar dari serangan langsung Iran yang mampu menembus sistem pertahanan udara negara itu.
Seorang pejabat senior Gedung Putih mengatakan bahwa Trump secara langsung menjadi perantara kesepakatan damai tersebut dengan Netanyahu. Di sisi lain, pejabat lain dari pemerintahan AS juga menjalin komunikasi dengan Iran.
Baca Juga: Sejumlah Bank Global Evakuasi Staf dari Timur Tengah di Tengah Memanasnya Konflik
Kesepakatan dengan Teheran diperoleh setelah Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani melakukan pembicaraan dengan pejabat Iran.
Gencatan senjata diumumkan hanya beberapa jam setelah Iran merespons keterlibatan AS dalam serangan udara dengan menembakkan rudal ke pangkalan militer AS terbesar di Timur Tengah yang berlokasi di Qatar.
Tidak ada korban jiwa dalam serangan itu, yang dinilai telah dirancang agar tidak memicu eskalasi lebih lanjut. Bahkan, Trump berterima kasih kepada Iran karena telah memperingatkan AS sebelumnya.