Sumber: Bloomberg |
NEW YORK. Minyak mentah sudah mendekati US$ 50 per barel seiring dengan penyusutan perekonomian dunia yang kian tajam dan permintaan bahan bakar yang semakin ciut.
Konsumsi bahan bakar AS selama empat minggu terakhir ini sekitar 19,1 juta barel per hari. menciut 7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal ini ditegaskan oleh Departemen Energi, kemarin. Saham-saham juga mengkeret dengan MSCI Asia Pacific Index terjungkal yang keempat kalinya dalam empat hari ini sementara Dow Jones Industrial Average juga terjerembap ke level yang paling rendah sejak Maret 2003.
"Gambaran besar ini mencerminkan permintaan yang melemah, keprihatinan perekonomian dan rontoknya pasar," kata Antoine Halff, head of energy research Newedge USA LLC di New York.
Minyak mentah untuk pengiriman Desember terpeleset 96 sen atau 1,8% menjadi US$ 52,66 per barel di New York Mercantile Exchange, atau US$ 52,69 per barel pada pukul 12.40 waktu Singapura. Kemarin, kontrak sempat menyentuh US$ 52,79 per barel, paling rendah sejak 23 Januari 2007.
Harga minyak telah anjlok 64% sejak menyentuh rekor tertingginya US$ 147,27 pada 11 Juli 2008 lalu. Kemarin, kontrak untuk bulan Desember tergelincir 77 sen atau 1,4% menjadi US$ 53,62 per barel, pengiriman yang paling rendah sejak 22 Januari 2007. Kontrak berjangka yang lebih aktif di bulan Januari turun 85 sen, atau 1,6% menjadi US$ 53,25 per barel.
"Setiap orang memperhatikan permintaan dan menjualnya sebagai alasan," kata Clarence Chu, trader Hudson Capital Energy di Singapore. "Orang-orang melihat Dow Jones sebagai indikasi bagaimana perekonomian menggelinding," imbuhnya.
Bukti bahwa resesi yang kian memucuk adalah anjloknya ekspor Jepang secara drastis setelah tujuh tahun, di bulan Oktober. Jepang, importir minyak terbesar di dunia, akhirnya menyatakan masuk ke masa resesi di kuartal terakhir ini.
Besok, Singapura akan menegaskan apakah negeri merlion ini telah memasuki masa resesi di kuartal terakhir tahun ini, membebek Jepang dan Hong Kong yang sebelumnya sudah lebih dulu memasuki masa resesi. GDP tahunan di pusat perdagangan minyak di Asia ini merosot 6,3% lebih lambat ketimbang kuartal kedua yang saat itu hanya melambat 5,7%.
Harga minyak kian tumbang lantaran persediaan minyak mentah di AS menggelembung seiring dengan merosotnya permintaan terhadap bahan bakar.
Suplai minyak mentah naik 1,6 juta barel menjadi 313,5 juta barel minggu lalu. Hal itu ditegaskan oleh Departemen Energi, kemarin. Persediaan diprediksikan meningkat 1 juta barel, menurut survei para analis oleh Bloomberg.
Persediaan bensin menggemuk 539.000 barel menjadi 198,6 juta barel per 14 November 2008 lalu. Analis yang disurvei oleh Bloomberg News terpecah, ada yang berpendapat suplai kendaraan meningkat, ada pula yang mengatakan anjlok.
Menurut American Petroleum Institute, permintaan bahan bakar AS menipis 5,2% pada sepuluh bulan pertama di tahun 2008 ini, penurunan yang paling besar sejak 1981.
Minyak jenis Brent untuk pengiriman Januari loyo sebesar 95 sen atau 1,8% menjadi US$ 50,77 per barel di ICE Futures Europe exchange London. Kontrak kemarin menyusut 12 sen menjadi US$ 51,72 per barel, pengiriman terendah sejak 11 Januari 2007.
Berita Terkait
Internasional
Nikkei Masih Ngendon di Zona Merah Pagi Ini
Internasional