Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Misi bulan pertama Rusia dalam 47 tahun harus berakhir mengecewakan. Kendaraan penjelajah Luna-25 berputar di luar kendali dan menghantam permukaan bulan.
Badan antariksa Rusia, Roscosmos, mengatakan telah kehilangan kontak dengan Luna-25 pada hari Sabtu pukul 11:57 waktu setempat. Luna-25 diduga mengalami masalah saat menyesuaikan diri ke mode pendaratan dari orbit bulan.
Saat ini Roscosmos telah membentuk komisi antar-departemen khusus menyelidiki alasan di balik hilangnya pesawat Luna-25 yang seharusnya dapat melakukan pendaratan hari Senin (21/8).
Kegagalan ini sekaligus memperburuk rekam jejak ruang angka Rusia sejak Perang Dingin ketika mereka menjadi yang pertama meluncurkan satelit ke orbit Bumi, Sputnik 1, pada tahun 1957.
Kosmonot asal Rusia, saat itu Uni Soviet, Yuri Gagarin juga menjadi manusia pertama yang melakukan perjalanan ke luar angkasa pada tahun 1961.
Baca Juga: Pesawat Ruang Angkasa Rusia, Luna-25, Mulai Memasuki Orbit Bulan
Berambisi Mencari Air di Bulan
Roket Soyuz 2.1v yang membawa pesawat Luna-25 meluncur dari kosmodrom Vostochny, 5.550 km timur Moskow, pada 11 Agustus lalu.
Pesawat ruang angkasa Luna-25 memiliki ukuran setara dengan mobil kecil. Kendaraan ini diproyeksikan untuk menjelajahi kutub selatan bulan selama satu tahun.
Wilayah itu dipilih karena para ilmuwan di NASA dan badan antariksa lainnya telah mendeteksi jejak air es di kawasan itu beberapa tahun terakhir.
Misi terbaru Roscosmos ini sepertinya merupakan langkah untuk menyaingi India bulan lalu meluncurkan misi serupa. India mengirim kendaraan Chandrayaan-3 yang diharapkan mendarat di bulan pekan ini.
Baca Juga: Berambisi Temukan Air di Bulan, Rusia Terbangkan Pesawat Ruang Angkasa
Sempat Diprotes Para Ilmuwan
Pejabat Rusia berharap bahwa misi Luna-25 akan menunjukkan bahwa Rusia dapat bersaing dengan negara adidaya di luar angkasa meskipun mengalami penurunan pasca-Soviet dan biaya yang sangat besar dari perang Ukraina.
Ilmuwan Rusia telah berulang kali mengeluh bahwa program luar angkasa yang diidamkan pemerintah ini dikelola oleh tim yang buruk, menyebut mereka tertarik pada proyek luar angkasa yang tidak realistis.
"Sangat menyedihkan bahwa tidak mungkin untuk mendaratkan kendaraan tersebut. Ini mungkin harapan terakhir bagi saya untuk melihat kebangkitan kembali program bulan kita," kata Mikhail Marov, fisikawan dan astronom terkemuka Soviet.
Kecelakaan Luna-25 jelas dapat berdampak pada program bulan Rusia di masa depan. Rusia telah membayangkan beberapa misi lagi di tahun-tahun mendatang, termasuk kemungkinan program bersama dengan China.