Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Reuters berbicara kepada empat pilot, tiga awak kabin, tiga pakar keamanan penerbangan, dan dua eksekutif maskapai penerbangan tentang meningkatnya masalah keselamatan di industri penerbangan Eropa karena meningkatnya ketegangan di Timur Tengah setelah serangan Hamas terhadap Israel pada bulan Oktober 2023, yang memicu perang di Gaza.
Menurut data Eurocontrol, Timur Tengah merupakan koridor udara utama bagi pesawat yang menuju India, Asia Tenggara, dan Australia, dan tahun lalu dilalui setiap hari oleh 1.400 penerbangan ke dan dari Eropa.
Perdebatan tentang keselamatan terbang di atas wilayah tersebut terjadi di Eropa terutama karena pilot di sana dilindungi oleh serikat pekerja, tidak seperti bagian lain dunia.
Reuters meninjau sembilan surat yang tidak dipublikasikan dari empat serikat pekerja Eropa yang mewakili pilot dan awak yang menyatakan kekhawatiran tentang keselamatan udara di atas negara-negara Timur Tengah.
Surat-surat tersebut dikirim ke Wizz Air, Ryanair, airBaltic, Komisi Eropa, dan EASA antara Juni dan Agustus.
"Tidak seorang pun boleh dipaksa bekerja di lingkungan yang berbahaya seperti itu dan tidak ada kepentingan komersial yang boleh lebih diutamakan daripada keselamatan dan kesejahteraan mereka yang berada di dalam pesawat," demikian bunyi surat yang ditujukan kepada EASA dan Komisi Eropa dari serikat pekerja awak pesawat Rumania FPU Rumania, tertanggal 26 Agustus.
Baca Juga: Garuda Indonesia (GIAA) Tambah Satu Armada B737-800NG pada Momen Nataru 2024/2025
Dalam surat lainnya, staf meminta maskapai penerbangan untuk lebih transparan tentang keputusan mereka tentang rute dan menuntut hak untuk menolak terbang pada rute yang berbahaya.
Tidak ada korban jiwa atau kecelakaan yang berdampak pada penerbangan komersial yang terkait dengan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah sejak perang di Gaza meletus tahun lalu.
Air France membuka penyelidikan internal setelah salah satu pesawat komersialnya terbang di atas Irak pada 1 Oktober selama serangan rudal Teheran terhadap Israel.
Pada saat itu, maskapai penerbangan bergegas mengalihkan puluhan pesawat yang menuju ke daerah yang terkena dampak di Timur Tengah.