Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Aktivitas manufaktur Jepang kembali menyusut pada Oktober 2025, mencatat penurunan tercepat dalam 19 bulan terakhir akibat lemahnya permintaan di sektor otomotif dan semikonduktor, menurut survei S&P Global yang dirilis Selasa (4/11/2025).
Indeks Japan Manufacturing Purchasing Managers’ Index (PMI) turun menjadi 48,2 pada Oktober dari 48,5 pada September, di bawah estimasi awal 49,3 dan merupakan posisi terendah sejak Maret 2024. Angka di bawah 50 menandakan kontraksi aktivitas manufaktur.
Baca Juga: Kim Yong Nam, Tokoh Diplomasi Korea Utara, Tutup Usia 97 Tahun
Penurunan pesanan baru tercatat sebagai yang tercepat dalam 20 bulan terakhir, didorong oleh terbatasnya anggaran pelanggan dan permintaan yang lemah.
Pesanan ekspor juga turun untuk bulan ke-44 berturut-turut, terutama dari kawasan Asia, Eropa, dan Amerika Serikat. Namun, laju penurunan ekspor melambat dibanding bulan sebelumnya.
“Permintaan yang lemah, khususnya di sektor otomotif dan semikonduktor, menjadi tekanan utama bagi industri manufaktur Jepang,” kata Pollyanna De Lima, Associate Director Economics di S&P Global Market Intelligence.
Meski permintaan menurun, penurunan produksi tidak separah September karena pelaku industri menyesuaikan kapasitas dengan berkurangnya pesanan baru.
Biaya input meningkat ke level tertinggi dalam empat bulan terakhir akibat kenaikan biaya tenaga kerja, bahan baku, dan transportasi.
Baca Juga: Microsoft Investasi US$ 15 Miliar di UEA untuk Perluas Pusat Data AI
Sementara itu, harga output naik ke level tertinggi dalam tiga bulan seiring upaya perusahaan mempertahankan margin keuntungan.
Inflasi konsumen Jepang juga terus meningkat, sebagaimana tercermin dari data harga di Tokyo pekan lalu.
Kondisi ini menambah tekanan bagi Bank of Japan (BOJ) yang masih menahan suku bunga acuan di level 0,5% pada pertemuan kebijakan terbarunya.
Meski demikian, prospek manufaktur Jepang sedikit membaik pada Oktober. Produsen lebih optimistis terhadap output ke depan, didorong oleh peluncuran produk baru, adopsi teknologi kecerdasan buatan (AI), serta harapan pemulihan di sektor otomotif dan semikonduktor seiring normalisasi perdagangan global.
Baca Juga: Impor Sawit India Turun Tajam, Stok Indonesia-Malaysia Bisa Melonjak
“Mereka berharap peluncuran produk baru akan sukses dan dampak negatif tarif AS mulai mereda,” tambah De Lima.













