Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Poundsterling Inggris dan yen Jepang kembali tertekan pada perdagangan Rabu (3/9/2025), setelah aksi jual besar-besaran di pasar obligasi dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran investor terhadap kondisi fiskal global serta ketidakpastian politik di Jepang.
Di Eropa dan AS, investor melepas obligasi tenor panjang setelah sorotan kembali mengarah pada lonjakan utang pemerintah di berbagai negara maju.
Kondisi ini memicu keraguan pasar bahwa pemerintah mampu mengendalikan defisit fiskal.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Stabil Rabu (3/9) Pagi, Brent ke US$69,13 & WTI ke US$65,63
Tekanan paling nyata terjadi di pasar obligasi Inggris. Imbal hasil obligasi tenor 30 tahun naik ke level tertinggi sejak 1998, membuat sterling ikut terseret jatuh lebih dari 1% pada Selasa.
Pada perdagangan Rabu, pound kembali terkoreksi 0,12% menjadi US$1,3378.
“Ini masalah yang dialami Eropa secara luas. Prancis juga menghadapi persoalan serupa... namun di Inggris lebih sensitif karena trauma episode Liz Truss,” ujar Ray Attrill, Kepala Riset FX National Australia Bank.
Ia menambahkan, pasar meragukan kemampuan pemerintah Inggris dalam menangani defisit anggaran dan laju kenaikan utang.
Di Jepang, yen juga melemah 0,2% menjadi 148,62 per dolar, setelah sehari sebelumnya turun 0,8%.
Pelemahan dipicu oleh kabar mundurnya Sekretaris Jenderal Partai Berkuasa, Hiroshi Moriyama, yang dikenal sebagai orang dekat Perdana Menteri Shigeru Ishiba.
Baca Juga: Harga Emas Dunia Cetak Rekor Baru Rabu (3/9) Pagi, Tembus Level US$ 3.540
Ketidakpastian ini berpotensi menggoyang posisi Ishiba, yang sudah menghadapi tekanan untuk mundur setelah kekalahan dalam pemilu.
“Ketidakpastian politik dan kemungkinan Ishiba mundur dalam beberapa hari atau minggu mendatang menjadi faktor utama pelemahan yen,” kata Kit Juckes, Kepala Strategi FX Global Societe Generale.
Sementara itu, dolar AS justru menguat. Indeks dolar terakhir berada di level 98,44 setelah naik 0,66% pada Selasa. Euro turun 0,1% menjadi US$1,1630, dolar Australia melemah 0,1% ke US$0,6514, dan dolar Selandia Baru terkoreksi 0,14% ke US$0,5857.
Selain isu fiskal dan politik, investor juga menanti rilis data tenaga kerja AS, termasuk laporan nonfarm payrolls pada Jumat mendatang.
Baca Juga: Daftar Harga Emas Antam Hari Ini (3/9) Naik Rp 26.000 Jadi Rp 2.035.000 Per Gram
Data ini akan menjadi acuan penting bagi The Federal Reserve dalam menentukan arah suku bunga.
Imbal hasil obligasi AS tenor dua tahun turun tipis ke 3,6495%, sedangkan yield tenor 30 tahun mendekati 5%, sejalan dengan tren kenaikan yield global di obligasi jangka panjang.