Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen bir asal Belanda, Heineken NV (HEIN.AS), menyambut baik kesepakatan dagang antara Uni Eropa dan Amerika Serikat yang diumumkan pada Minggu lalu. Langkah ini memberikan kepastian bagi pelaku industri, sekaligus menghindari pengenaan tarif hingga 30% terhadap barang-barang asal UE, termasuk bir.
Meski demikian, Heineken menyatakan tetap mengkaji semua opsi jangka panjang dalam menghadapi tantangan tarif global yang terus berkembang, termasuk kemungkinan mengalihkan produksi ke lokasi lain.
Pertimbangkan Relokasi Produksi, Tapi Tunggu Kepastian Kebijakan
Dalam konferensi pers via telepon, CEO Heineken Dolf van den Brink menegaskan bahwa perusahaan membuka kemungkinan untuk mengubah model operasi guna meredam dampak tarif dalam jangka menengah hingga panjang.
Baca Juga: Donald Trump Umumkan Tarif 15% untuk Uni Eropa
"Kami melihat semua opsi, mulai dari melanjutkan sistem saat ini, menerapkan model hybrid, atau opsi lainnya," jelasnya.
"Jika kami menilai secara finansial lebih menarik dalam jangka menengah atau panjang, tentu akan kami eksplorasi lebih lanjut," tambahnya.
Namun, van den Brink mengingatkan bahwa relokasi produksi merupakan investasi besar (capital intensive) dan memerlukan kepastian kebijakan dari pemerintah di negara tujuan maupun asal.
Distribusi dan Dampak Pasar
Heineken saat ini mengirimkan bir—terutama Heineken lager—ke Amerika Serikat dari Eropa dan Meksiko. Selain itu, perusahaan juga mengalami dampak tidak langsung dari penurunan kepercayaan konsumen di pasar utama seperti Brasil.
Baca Juga: Terimbas Kebijakan Tarif Trump, Volkswagen Pangkas Target Pertumbuhan Tahun Ini
Namun, pertumbuhan tetap tercatat positif. Pada semester pertama 2025, laba operasi organik Heineken naik 7,4%, melampaui ekspektasi analis sebesar 7%. Pertumbuhan ini didorong oleh kinerja kuat di pasar yang sebelumnya menantang seperti Afrika dan Asia, serta efisiensi biaya operasional.
Tantangan di Eropa, Tapi Target Tahunan Tetap Dijaga
Heineken mencatat pertumbuhan pendapatan kuartal kedua sebesar 3,3% secara organik, sementara volume penjualan sedikit turun 0,1%, namun tetap mengalahkan ekspektasi pasar.
Meski cuaca yang baik dan perayaan Paskah yang terlambat memberikan dorongan musiman, Heineken tetap menghadapi tantangan di Eropa. Negosiasi harga yang alot dan berkepanjangan dengan distributor serta pengecer membebani penjualan, termasuk pada produk non-alkoholik yang menjadi portofolio kunci perusahaan.
Kendati demikian, perusahaan tetap mempertahankan proyeksi pertumbuhan laba tahunan sebesar 4% hingga 8%.