Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Ratusan karyawan Facebook melakukan aksi mogok kerja pada hari Senin dan berpaling ke Twitter. Mereka menuduh CEO Facebook Mark Zuckerberg tidak melakukan apapun terhadap postingan rasis Presiden AS Donald Trump seperti yang dilakukan platform pesaing.
Reuters melihat lusinan posting online dari karyawan Facebook yang mengkritik keputusan Zuckerberg untuk membiarkan postingan Trump di mana Twitter memberikan label. Beberapa manajer top Facebook juga ikut berpartisipasi dalam aksi protes, yang mengingatkan pada aksi pemogokan tahun 2018 di Google Alphabet Inc karena pelecehan seksual.
Baca Juga: Tensi geopolitik dan demo kasus George Floyd bakal bikin ekonomi kian suram
Ini merupakan kasus yang jarang terjadi ketika staf secara publik menyindir CEO mereka, di mana satu orang karyawan menuliskan tweet yang diikuti ribuan lainnya. Di antara mereka ada tujuh insinyur di tim yang mengelola perpustakaan kode React yang mendukung aplikasi Facebook.
“Keputusan Facebook baru-baru ini untuk tidak bertindak pada postingan yang menghasut kekerasan mengabaikan opsi lain untuk menjaga keamanan komunitas kami. Kami memohon kepemimpinan Facebook untuk segara #TakeAction,” kata mereka dalam pernyataan bersama yang dipublikasikan di Twitter.
"Mark salah, dan saya akan berusaha dengan cara paling keras untuk mengubah pikirannya," tulis Ryan Freitas, diidentifikasi di Twitter sebagai direktur desain produk untuk News Feed Facebook. Dia menambahkan dia telah memobilisasi "50+ orang yang berpikiran sama" untuk melobi perubahan internal.
Baca Juga: Otopsi independen: Setelah kurang dari empat menit, George Floyd sudah tak bernyawa
Seorang karyawan Facebook mengatakan sesi tanya jawab dan mingguan Zuckerberg akan dipindahkan minggu ini menjadi Selasa.
Katie Zhu, seorang manajer produk di Instagram, melakukan screenshot postingan Twitter yang menunjukkan dia telah memasukkan "#BLACKLIVESMATTER" untuk menggambarkan permintaannya untuk cuti sebagai bagian dari pemogokan.
Menurut Juru Bicara Facebook Inc Andy Stone, perusahaan memungkinkan karyawan yang berpartisipasi dalam aksi protes untuk mengambil cuti tanpa mengurangi hari liburan mereka.
Secara terpisah, perusahaan terapi online Talkspace mengatakan mereka akan mengakhiri diskusi kemitraan dengan Facebook. CEO Talkspace Oren Frank menuliskan tweeted bahwa dia "tidak akan mendukung platform yang menghasut kekerasan, rasisme, dan kebohongan."
Baca Juga: Di Tiongkok, aksi unjuk rasa AS jadi topik hangat di tingkat negara dan media sosial
Keadilan sosial
Para pekerja di perusahaan teknologi termasuk Facebook, Google, dan Amazon.com Inc terus memperjuangkan masalah keadilan sosial dalam beberapa tahun terakhir, dengan mendesak perusahaan untuk mengubah kebijakan.
"Karyawan mengenali rasa sakit yang dirasakan, terutama komunitas kulit hitam kami," tulis Stone dalam sebuah teks.
Baca Juga: Donald Trum perintahkan gubernur negara bagian Amerika Serikat lebih keras ke perusuh
“Kami mendorong karyawan untuk berbicara secara terbuka ketika mereka tidak setuju dengan kepemimpinan. Saat kami menghadapi keputusan sulit tambahan seputar konten di depan, kami akan terus mencari umpan balik jujur mereka."