kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Putin dan Xi Kompak Tolak Aksi Campur Tangan AS ke Negara Lain


Jumat, 09 Februari 2024 / 06:31 WIB
Putin dan Xi Kompak Tolak Aksi Campur Tangan AS ke Negara Lain
ILUSTRASI. Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping berbicara melalui telepon pada Kamis (8/2/2024). Sputnik/Pavel Byrkin/Kremlin via REUTERS


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping berbicara melalui telepon pada Kamis (8/2/2024). Menurut Kremlin, dalam pembicaraan tersebut, kedua pemimpin menolak apa yang mereka sebut campur tangan AS dalam urusan negara lain.

Mengutip Reuters, Ajudan Kremlin Yury Ushakov, memberikan rincian pembicaraan tersebut dalam sebuah pengarahan kepada para jurnalis. Dia mengatakan bahwa kedua pemimpin tersebut telah berbicara tentang menciptakan tatanan dunia yang multipolar dan lebih adil dalam menghadapi upaya yang dipimpin AS untuk membendung kedua musuh terbesar Washington tersebut.

Putin dan Xi akan terus melakukan interaksi pribadi yang erat. Namun, lanjut Ushakov, saat ini tidak ada rencana untuk melakukan kunjungan timbal balik.

China dan Rusia semakin dekat dan memperluas hubungan dagang dalam beberapa tahun terakhir. Ini terjadi ketika Amerika Serikat dan sekutunya menjatuhkan sanksi terhadap kedua negara, khususnya Moskow, setelah invasi mereka ke Ukraina pada tahun 2022.

Putin dan Xi bertemu dua kali tahun lalu ketika perdagangan China-Rusia mencapai US$ 218,2 miliar selama Januari-November, menurut data bea cukai Tiongkok. 

Baca Juga: AS dan Rusia Bentrok di PBB, Ini Penyebabnya

Sementara itu, data China yang dirilis bulan lalu menunjukkan, Rusia melampaui Arab Saudi untuk menjadi pemasok minyak mentah utama China pada tahun 2023.

Kedua negara akan melanjutkan proyek energi bersama pada tahun 2024, kata Ushakov.

Putin dan Xi juga membahas situasi di Ukraina dan resolusi konflik di Timur Tengah serta sepakat mengenai konflik tersebut, katanya, tanpa menjelaskan lebih lanjut. 

Rusia juga mendukung kebijakan China terhadap Taiwan, katanya.

Moskow dan Beijing semakin banyak melakukan perdagangan dengan menggunakan rubel dan yuan, seiring dengan penghentian perdagangan menggunakan dolar AS. 

"Putin dan Xi menekankan seruan mereka bahwa penting untuk membangun infrastruktur keuangan yang menjamin keandalan pembayaran," kata Ushakov.

Baca Juga: Tertekan Sanksi AS, Armada Bayangan Rusia Kehabisan Tempat untuk Bersembunyi

Media pemerintah China melaporkan, Xi mengatakan kepada Putin bahwa kedua negara harus mengupayakan koordinasi strategis yang erat dan mempertahankan kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunan negara masing-masing. 

Xi mengatakan, kedua belah pihak harus dengan tegas menentang campur tangan kekuatan eksternal dalam urusan dalam negeri mereka.



TERBARU

[X]
×