Sumber: Business Insider,Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - MOSCOW. Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam, jika Ukraina bergabung dengan NATO, hal itu bisa memicu perang antara Rusia dan aliansi.
Melansir Business Insider, meski saat ini Ukraina ingin bergabung dengan NATO, namun aliansi tersebut tidak terburu-buru untuk menerimanya sebagai anggota.
Putin melihat bahwa Kyiv, ibu kota Ukraina, akan berusaha menggunakan kekuatan untuk mendapatkan kembali kendali atas Krimea, yang dicaplok Rusia pada 2014, jika Ukraina menjadi anggota NATO.
"Bayangkan bahwa Ukraina menjadi anggota NATO dan meluncurkan operasi militer itu," kata Putin saat konferensi pers di Kremlin dengan Perdana Menteri Hongaria Viktor Orbán.
Dia menambahkan: "Haruskah kita melawan NATO? Apakah ada yang memikirkannya?"
Baca Juga: Perang Rusia-Ukraina Berpeluang Besar Meletus, Hanya Jerman yang Bisa Menghentikannya
Ukraina telah berusaha untuk bergabung dengan NATO selama bertahun-tahun, tetapi aliansi tersebut masih tarik ulur terkait masalah ini. Bahkan belum ada tanda-tanda Ukraina akan diterima menjadi anggota dalam waktu dekat.
Pada bulan Juni, misalnya, Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada wartawan bahwa pertanyaan keluar dari konteks ketika ditanya apakah NATO akan mengambil langkah-langkah untuk memasukkan Ukraina ke dalam aliansi.
Pernyataan Putin pada hari Selasa (1/2/2022) datang saat Rusia telah memicu kekhawatiran akan invasi dengan mengumpulkan sekitar 100.000 tentara di perbatasan Ukraina.
Baca Juga: Rancangan Sanksi AS untuk Rusia Hampir Selesai, Ini Bocorannya
Kremlin mengatakan tidak memiliki rencana untuk menyerang, tetapi para pemimpin Barat skeptis mengenai hal itu.
AS mengatakan invasi Rusia ke Ukraina mungkin sudah dekat, tetapi Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah menekan isu ini.
Pada pekan lalu, Zelensky mendesak negara-negara Barat untuk menghindari pernyataan yang bisa menyebabkan "kepanikan" sehingga dapat merugikan ekonomi Ukraina.
Pada hari Senin, Rusia menuduh AS melebih-lebihkan prospek invasi, meskipun ada penumpukan pasukan Rusia yang luar biasa di sepanjang perbatasan Ukraina.
Rusia menginvasi Ukraina pada 2014, mencaplok Krimea dalam prosesnya. Dan sejak tahun itu, Kremlin telah mendukung pemberontak dalam perang melawan pasukan Ukraina di wilayah Donbass timur. Konflik tersebut telah menewaskan lebih dari 13.000 orang.
Karena Ukraina bukan anggota NATO, AS telah mengesampingkan pengiriman pasukan untuk mempertahankannya jika Rusia menyerang.
Baca Juga: Pentagon Sebut Serangan Rusia ke Ukraina Bakal Sangat Mengerikan
NATO beroperasi di bawah prinsip pertahanan kolektif dan menganggap serangan terhadap satu anggota sebagai serangan terhadap semua anggota. Prinsip ini diabadikan dalam Pasal 5 perjanjian pendiri NATO.
Tetapi Biden pada hari Jumat mengatakan dia akan memindahkan pasukan AS ke Eropa Timur dan negara-negara NATO dalam waktu dekat.
Putin pada hari Selasa mengatakan bahwa kekhawatiran Rusia "diabaikan" oleh AS dan sekutunya.
Baca Juga: Pasukan Ukraina Latihan Senjata Baru dari Inggris di Tengah Ketegangan dengan Rusia
"Saya berharap pada akhirnya kami akan menemukan solusi, meskipun kami menyadari bahwa itu tidak akan mudah," tambah Putin, menurut The Associated Press.
Sebelumnya, mengutip Reuters, pada Senin (24/1/2022), NATO mengatakan bahwa pihaknya sudah menempatkan pasukan dalam keadaan siaga dan memperkuat Eropa timur dengan lebih banyak kapal dan jet tempur.
Aksi tersebut mendapat kecaman dari Rusia dan menyebutnya sebagai "histeria" Barat sebagai tanggapan atas pengerahan pasukannya di perbatasan Ukraina.
Reuters juga memberitakan, Departemen Pertahanan AS di Washington mengatakan sekitar 8.500 tentara Amerika disiagakan dan sedang menunggu perintah untuk dikerahkan ke wilayah tersebut, jika Rusia menyerang Ukraina.