Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
Mesir, Rusia, dan Uni Emirat Arab mendukung LNA pimpinan Khalifa Haftar yang berbasis di Libya Timur, yang melancarkan serangan tahun lalu untuk merebut Ibu Kota Tripoli.
Brigadir Jenderal AS Gregory Hadfield, Wakil Direktur Direktorat Intelijen Komando Afrika AS, menyebutkan, jalur penerbangan pesawat tempur Rusia melewati Iran dan Suriah sebelum mencapai Libya.
Menurut Hadfield, pesawat tempur itu belum digunakan tetapi bisa menambah kemampuan baru untuk LNA, yang sejauh ini gagal dalam upaya selama setahun terakhir merebut Tripoli dari Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui dunia internasional.
Baca Juga: Saingi Amerika, Rusia bikin pesawat pembom siluman
Tapi, Hadfield memperingatkan, Moskow mungkin tidak membutuhkan kemenangan langsung LNA untuk memajukan kepentingan Rusia.
"Mendukung LNA dan mendukung Haftar, ini benar-benar bukan tentang memenangkan perang, ini tentang mengembangkan benteng," kata Hadfield seperti dilansir Reuters.
Kekhawatiran terbesar AS adalah, jika Moskow menggunakan lokasi seperti Libya untuk menembakkan rudal.
Baca Juga: Mengenal Poseidon, senjata nuklir hari kiamat milik Rusia
"Jika Rusia mengamankan posisi permanen di Libya dan, lebih buruk lagi, menyebarkan sistem rudal jarak jauh, itu akan menjadi pengubah permainan bagi Eropa, NATO dan banyak negara Barat," sebut Hadfield.