kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.910.000   -13.000   -0,68%
  • USD/IDR 16.230   -112,00   -0,69%
  • IDX 7.214   47,18   0,66%
  • KOMPAS100 1.053   7,20   0,69%
  • LQ45 817   1,53   0,19%
  • ISSI 226   1,45   0,65%
  • IDX30 427   0,84   0,20%
  • IDXHIDIV20 504   -0,63   -0,12%
  • IDX80 118   0,18   0,16%
  • IDXV30 119   -0,23   -0,19%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,20%

Saat Donald Trump Menuduh Ada Genosida Kulit Putih di Afrika Selatan


Kamis, 22 Mei 2025 / 16:56 WIB
Saat Donald Trump Menuduh Ada Genosida Kulit Putih di Afrika Selatan
ILUSTRASI. Presiden AS Donald Trump bertemu dengan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa di Ruang Oval Gedung Putih di Washington, D.C., AS, 21 Mei 2025. REUTERS/Kevin Lamarque


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump secara langsung mengonfrontasi Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa dengan klaim keliru dan sensasional tentang genosida terhadap warga kulit putih serta perampasan tanah, dalam pertemuan tegang di Gedung Putih pada Rabu (21/5) waktu setempat.

Momen ini mengingatkan pada pertemuan Trump sebelumnya yang kontroversial dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy pada Februari lalu.

Afrika Selatan memang memiliki salah satu tingkat pembunuhan tertinggi di dunia, namun mayoritas besar korbannya adalah warga kulit hitam.

Baca Juga: Viral! Trump Bagikan Video Palsu Pukul Musisi Bruce Springsteen dengan Bola Golf

Ramaphosa datang dengan harapan memperbaiki hubungan negaranya dengan AS, setelah Trump membatalkan bantuan penting bagi Afrika Selatan, memberikan suaka kepada minoritas kulit putih Afrikaner, mengusir duta besar Afrika Selatan, serta mengecam gugatan Afrika Selatan terhadap Israel di Mahkamah Internasional.

Mengantisipasi sambutan yang agresif, Ramaphosa menyertakan tokoh-tokoh kulit putih terkenal seperti pegolf Ernie Els dan Retief Goosen, serta miliarder Johann Rupert, sebagai bagian dari delegasinya.

Ia juga berniat membahas kerja sama perdagangan. AS merupakan mitra dagang terbesar kedua Afrika Selatan terlebih negara tersebut tengah menghadapi ancaman tarif sebesar 30% akibat kebijakan proteksionis Trump.

Namun, di ruang Oval yang ditata khusus, Trump langsung melontarkan sederet tudingan terkait perlakuan terhadap warga kulit putih di Afrika Selatan.

Ia memutar sebuah video dan menunjukkan tumpukan artikel berita cetak yang disebutnya sebagai “bukti”.

Baca Juga: Penembakan Tragis Terhadap Staf Kedutaan Israel di Washington DC, Trump Angkat Bicara

Dengan pencahayaan diredupkan atas permintaan Trump, video yang ditayangkan memperlihatkan deretan salib putih yang disebut sebagai “kuburan warga kulit putih” serta cuplikan pidato tokoh oposisi seperti Julius Malema. Trump bahkan menyarankan Malema seharusnya ditangkap.

Padahal, video tersebut direkam pada 2020 saat aksi protes setelah dua orang tewas di lahan pertanian. Salib-salib dalam video itu bukanlah makam sebenarnya.

Salah satu penyelenggara aksi mengatakan kepada penyiar publik Afrika Selatan bahwa salib tersebut hanya simbolisasi petani yang telah tewas selama bertahun-tahun.

“Banyak yang merasa teraniaya dan datang ke AS,” ujar Trump.

“Jika kami merasa ada penganiayaan atau genosida, kami menerima mereka.”

Ia secara spesifik merujuk pada petani kulit putih.

“Orang-orang melarikan diri dari Afrika Selatan demi keselamatan. Tanah mereka dirampas, dan dalam banyak kasus mereka dibunuh,” tambahnya, menggemakan teori konspirasi yang sudah lama beredar di forum sayap kanan global yang juga sering didukung oleh Elon Musk, sekutu Trump kelahiran Afrika Selatan, yang turut hadir dalam pertemuan itu.

Afrika Selatan, yang baru meninggalkan era apartheid pada 1994 dan kini menganut sistem demokrasi multiras, menolak keras tudingan Trump.

Baca Juga: DPR AS akan Voting RUU Pajak dan Belanja 'Raksasa' Usulan Presiden Trump

Undang-undang reforma agraria terbaru yang mengizinkan pengambilalihan tanah tanpa kompensasi hanya berlaku jika berada dalam kepentingan publik, misalnya tanah menganggur.

Hingga kini, belum ada satu pun pengambilalihan seperti itu yang terjadi, dan prosesnya dapat digugat di pengadilan.

Kepolisian Afrika Selatan mencatat 26.232 kasus pembunuhan sepanjang 2024. Hanya 44 di antaranya terkait komunitas pertanian, dan dari jumlah itu, delapan adalah petani.

Ramaphosa tetap tenang dan membantah klaim Trump. “Kalau benar ada genosida terhadap petani kulit putih, saya yakin tiga pria ini (Els, Goosen, Rupert) tidak akan duduk di sini,” ujarnya.

Namun Trump tetap bersikeras. “Kami punya ribuan cerita tentang ini. Dokumenter, laporan berita. Ini harus ditanggapi,” tegasnya.

“Tidak Ada Genosida di Afrika Selatan”

Ramaphosa hanya sesekali menoleh ke layar saat video diputar, dan mengaku belum pernah melihat materi tersebut. Ia menyatakan ingin mengetahui asal video itu.

Trump kemudian menunjukkan artikel cetak dan berulang kali menyebut kata “kematian” sambil membolak-baliknya, lalu menyerahkannya kepada Ramaphosa.

Ramaphosa menjelaskan bahwa memang ada kejahatan di negaranya, namun sebagian besar korban adalah warga kulit hitam. Trump langsung memotong, “Para petani itu bukan kulit hitam.”

Ramaphosa menjawab dengan tenang, “Ini kekhawatiran yang bisa kita diskusikan.”

Baca Juga: Penolakan Trump atas Pajak Minimum Masih Sepi Tanggapan Global

Ia sempat menyebut Nelson Mandela sebagai panutan dalam membawa perdamaian, namun pernyataan itu tidak menggugah Trump, yang diketahui memiliki basis pendukung dari kelompok nasionalis kulit putih.

Mitos genosida kulit putih di Afrika Selatan telah lama menjadi bahan propaganda kelompok sayap kanan di AS dan negara lain.

“Saya akui, apartheid itu mengerikan,” kata Trump. “Tapi ini seakan kebalikannya sekarang.”

Pertemuan luar biasa ini terjadi hanya tiga bulan setelah Trump dan Wakil Presiden JD Vance “mengadili” Presiden Ukraina Zelenskiy di ruang Oval.

Insiden semacam ini dapat membuat pemimpin asing berpikir dua kali sebelum menerima undangan Trump, demi menghindari malu secara publik.

Berbeda dengan Zelenskiy yang sempat berdebat dan akhirnya keluar lebih awal, Ramaphosa tetap tenang.

Ia bahkan memuji dekorasi Trump yang bernuansa emas dan menyatakan siap memimpin presidensi G20 pada tahun depan.

Trump sendiri enggan mengatakan apakah ia akan menghadiri KTT G20 di Afrika Selatan pada November mendatang.

Baca Juga: Ambisius, Donald Trump Bakal Bangun Golden Dome Senilai Rp 2.858 Triliun!

Di akhir pertemuan, miliarder Johann Rupert ikut membela Ramaphosa dan menegaskan bahwa kejahatan terjadi secara merata dan banyak warga kulit hitam yang juga menjadi korban.

Usai pertemuan, Ramaphosa mencoba mengalihkan fokus ke bidang perdagangan. Ia mengatakan kedua negara sepakat membahas kerja sama mineral penting di Afrika Selatan.

Menteri perdagangannya menyebut telah menyerahkan proposal kerja sama yang mencakup pembelian gas alam cair dari AS.

Namun Ramaphosa tetap menegaskan: “Tidak ada genosida di Afrika Selatan.”

Selanjutnya: Mendag Bantah Permendag 8/2024 Jadi Celah Barang Impor Ilegal

Menarik Dibaca: Peringatan Dini Cuaca Besok (23/5), Daerah di Jakarta Ini Waspada Hujan Lebat




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×