Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Menteri Luar Negeri Marco Rubio mengatakan pada hari Jumat (14/3/2025), Amerika Serikat telah mengusir duta besar Afrika Selatan.
Rubio menyebut utusan itu sebagai "politisi penyulut kebencian rasial" yang membenci Amerika dan Presiden AS Donald Trump.
Mengutip Reuters, hubungan antara Amerika Serikat dan Afrika Selatan telah memburuk sejak Trump memangkas bantuan keuangan AS ke negara itu, dengan alasan ketidaksetujuan terhadap kebijakan pertanahannya dan kasus genosidanya di Mahkamah Internasional terhadap sekutu Washington, Israel.
"Duta Besar Afrika Selatan untuk Amerika Serikat tidak lagi diterima di negara besar kita," tulis Rubio di platform media sosial X.
Dia menambahkan, "Tidak ada yang perlu kita bicarakan dengannya dan karenanya dia dianggap PERSONA NON GRATA."
Rubio menerbitkan ulang sebuah artikel dari situs web sayap kanan Breitbart yang mengutip utusan tersebut, Ebrahim Rasool, yang mengatakan pada hari Jumat bahwa Trump memimpin gerakan "supremasi" kulit putih.
Baca Juga: Tragedi di Tambang Emas Ilegal Afrika Selatan, 78 Tewas dan 246 Berhasil Diselamatkan
Kepresidenan Afrika Selatan pada hari Sabtu menyayangkan pengusiran terhadap Rasool, dengan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka tetap berkomitmen untuk membangun hubungan yang saling menguntungkan dengan Amerika Serikat.
Chrispin Phiri, juru bicara Departemen Hubungan dan Kerja Sama Internasional Afrika Selatan, menulis di X bahwa pemerintah akan terlibat melalui jalur diplomatik.
Rasool telah gagal mengamankan pertemuan rutin dengan pejabat Departemen Luar Negeri dan tokoh-tokoh penting Partai Republik sejak Trump, seorang Republikan, menjabat pada bulan Januari, situs web berita Semafor melaporkan minggu ini.
Seorang diplomat Afrika Selatan mengutip pernyataan yang mengatakan bahwa pandangan Rasool yang pro-Palestina dan kritiknya terhadap Israel tampaknya menjadi alasan dia dikucilkan.
Baca Juga: Pemerintah Afrika Selatan Mengusulkan Kembalinya Balapan Formula 1 di Negaranya
Departemen Luar Negeri AS tidak segera menanggapi permintaan komentar yang dilayangkan Reuters.