Sumber: Bloomberg | Editor: Dessy Rosalina
ATLANTA. Ketidakpastian ekonomi dunia masih membayangi. Buruknya data ekonomi Jerman dan revisi pertumbuhan ekonomi dunia dari Dana Moneter Internasional (IMF) menebarkan ketakutan di mata investor.Di tengah anjloknya bursa saham global, saham Coca-Cola Co justru terbang tinggi. Saham Coca-Cola mencetak rekor tertinggi dalam 16 tahun terakhir menjadi US$ 44,47 per saham pada penutupan perdagangan Jumat (10/10).
Di tengah kepanikan, saham Coca-Cola kembali menjadi idola investor, kendati secara fundamental melempem. Investor memburu saham Coca-Cola, sesaat setelah pemegang saham memberi sinyal ingin memecat Muhtar Kent sebagai Chief Executive Officer (CEO) lantaran dianggap lamban menerapkan efisiensi. "Kepercayaan diri investor terhadap Coca-Cola telah kembali. Mereka memanfaatkan situasi pasar sekaligus percaya bahwa Coca-Cola bisa melakukan penghematan," ujar Ali Dibadj, analis Sanford C. Bernstein seperti dikutip Bloomberg.
Kenaikan saham juga dipicu selera analis yang ramai-ramai merekomendasikan beli saham Coca-Cola. Misal, Bonnie Herzog, analis Wells Fargo & Co. "Kami yakin Coca-Cola tetap tumbuh di pasar non alkohol. Coca-Cola adalah saham yang bisa memberikan return konsisten bagi pemegang saham dalam jangka panjang," ujar Herzog dalam risetnya.
Selera pasar berbanding terbalik pada Juli 2014. Kala itu, saham Coca-Cola anjlok 2,9% dalam sehari lantaran laba bersih susut 3% menjadi US$ 2,6 miliar pada kuartal II, dibanding tahun sebelumnya US$ 2,68 miliar. Pada periode sama, pendapatan turun 1,4% menjadi US$ 12,6 miliar.
Pepsi lebih tinggi
Kendati telah naik tinggi, valuasi saham Coca-Cola masih lebih rendah ketimbang rekor sebelumnya di Juli 1998. Pada harga US$ 44,47 per saham, rasio saham per laba atawa price to earning ratio (PER) sebesar 22,8 kali, lebih rendah dari PER 59 kali di 1998.
Namun, kinerja saham Coca-Cola masih lebih rendah dibandingkan sang rival abadi, Pepsi Co Inc. Sejak akhir tahun lalu (year to date), harga saham Pepsi sudah mendaki 14%, dua kali lipat dibandingkan harga saham Coca-Cola yang naik 7,6%.
Saham Pepsi menarik minat investor pasca mengumumkan rencana penghematan US$ 5 miliar selama periode tahun 2015-2020.
Sebagai perbandingan, Coca-Cola berencana menghemat US$ 1 miliar pada tahun 2016. Selain Coca-Cola, saham defensif, semisal Wal-Mart Stores Inc dan Procter & Gamble Co, turut membukukan kenaikan tinggi di sepanjang pekan lalu.