Sumber: Businessinsider | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - Salah satu investor terkaya Amerika Serikat (AS) ini sekaligus bintang "Shark Tank," Mark Cuban, sempat mengimbau investor untuk tidak menjual saham di tengah gejolak pasar pekan lalu.
Namun, ia kemudian menghapus pernyataannya dan menarik kembali nasihat tersebut.
Dalam unggahan di platform X pada Minggu malam, Cuban menulis, "Jangan jual. Itu akan kembali. Saya hanya tidak tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan."
Baca Juga: Prabowo Tegaskan Tak Toleran Korupsi di Depan Investor Besar AS
Namun, unggahan tersebut segera dihapus, dan beberapa media keuangan seperti Watcher menyindir Cuban dengan menulis, "Guru sempat melaporkannya sebelum hilang".
Tak lama setelah itu, Cuban memberikan klarifikasi melalui unggahan lain di X, dengan menyatakan bahwa tidak ada yang dapat memprediksi kondisi pasar.
"Seperti yang disebutkan beberapa orang lain, tidak seorang pun tahu. Anda harus melihat keadaan Anda sendiri dan berbicara dengan mereka yang nasihatnya Anda hargai," tulisnya.
Pernyataan Cuban muncul setelah pasar saham AS mengalami pekan terburuk sejak 2020. Indeks S&P 500 turun sekitar 10% dalam dua hari, sementara Nasdaq 100 memasuki zona bearish untuk pertama kalinya sejak 2022.
Baca Juga: Investor Asing Rajin Jual Saham BBRI dan BBCA, Cek Pemicunya dan Rekomendasi Analis
Gejolak pasar terjadi setelah Presiden Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif baru yang luas terhadap mitra dagang AS, termasuk bea masuk hampir universal sebesar 10% dan tarif lebih dari 50% dalam beberapa kasus.
Kebijakan tersebut memicu kekhawatiran investor, mendorong beberapa analis menurunkan target akhir tahun mereka serta memperingatkan potensi resesi.
Selain itu, dalam serangkaian unggahan di platform Bluesky pada Sabtu, Cuban memperingatkan bahwa tarif agresif Trump, ditambah dengan pemotongan dalam ekosistem DOGE, dapat memicu krisis keuangan yang lebih buruk daripada resesi 2008.
"Jika tarif baru ini berlaku selama beberapa tahun, bersifat inflasional, dan DOGE terus memangkas serta melakukan PHK, kita akan menghadapi situasi yang jauh lebih buruk daripada 2008," ujarnya.
Baca Juga: Capital Group Pimpin Aksi Jual Saham TLKM, Allianz dan BNP Paribas Pilih Beli
Pada krisis keuangan 2008, PDB AS turun lebih dari 4%, tingkat pengangguran mencapai 10%, dan pasar perumahan mengalami kehancuran yang disebut sebagai resesi terdalam sejak Perang Dunia II.
Sementara itu, Trump mengakui adanya dampak negatif dalam jangka pendek, tetapi dalam unggahan di Truth Social pada Jumat, ia menegaskan: "Hanay yang lemah yang akan gagal!"