Reporter: Ferrika Sari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Industri jasa di kawasan Asia mulai bergerak seiring pemulihan ekonomi. Namun sektor ini mendapat tantangan dari lonjakan kasus Covid-19 sehingga memberi ketidakpastian ekonomi ke depan.
Mengutip Reuters, Senin (7/2), industri jasa China per Januari 2022 tumbuh pada laju paling lambat dalam lima bulan terakhir karena lonjakan kasus Covid-19 dan kebijakan pembatasan sehingga memukul sentimen pasar dan tingkat konsumsi.
Berdasarkan Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur Caixin/Markit turun menjadi 51,4 pada Januari 2022, atau laju terendah sejak Agustus dari 53,1 pada Desember 2021. Tanda 50 poin memisahkan pertumbuhan dari kontraksi setiap bulan.
Bahkan Sub-indeks untuk bisnis baru dalam survei berada di level 51,1 di Januari 2022, atau lebih lambat dari rata-rata seri jangka panjang dan di bawah level 52,5 pada bulan sebelumnya.
Baca Juga: Tak Cuma Soal Permodalan, Komposisi Lender Fintech Lending Juga Bakal Diatur
Kondisi ini akan memperkuat ekspektasi pasar bahwa pembuat kebijakan perlu meluncurkan lebih banyak stimulus untuk menstabilkan ekonomi.
Bank sentral China mulai memotong suku bunga dan memompa lebih banyak uang tunai ke dalam sistem keuangan untuk menurunkan biaya pinjaman, dan berbagai pelonggaran lanjut dalam beberapa minggu ke depan.
Beberapa penyedia layanan mengaitkan pertumbuhan yang lebih lambat dengan wabah Covid-19. Selain itu, meningkatnya kasus di luar negeri membebani permintaan asing, mendorong pesanan ekspor baru ke wilayah kontraksi untuk pertama kalinya dalam empat bulan.
Tak berbeda, sektor jasa di India juga tumbuh melambat dalam enam bulan terakhir pada Januari 2022 akibat pembatasan mobilitas hingga lonjakan harga sehingga membebani jumlah permintaan.
IHS Markit mencatat indeks manufaktur India berada di level 51,5 pada Januari 2022, atau merosot dari bulan sebelumnya di posisi 55,5. Nilai itu jauh dari ekspetasi jajak pendapat ekonomi Reuters di angka 53,0.
Baca Juga: Tangani Keluhan Soal Unitlink, Prudential Sampaikan Skema Penyelesaian di LAPS SJK
Direktur Asosiasi Ekonomi IHS Markit Pollyanna De Lima menilai, peningkatan jumlah kasus dan pemberlakuan jam malah berdampak buruk pada pertumbuhan di seluruh sektor jasa baik dari bisnis baru dan output.
"Sub-indeks bisnis baru berada pada titik terlemah sejak Agustus karena konsumen tetap di rumah di tengah meningkatnya kasus virus corona sehingga membatasi permintaan domestik," terangnya.
Sementara di Jepang, aktivitas sektor jasa mengalami kontraksi pada laju tercepat dalam lima bulan pada Januari 2022 sebagai tanda bahwa bisnis menghadapi tekanan dari rekor lonjakan infeksi virus corona baru karena varian Omicron.
Ekonomi terbesar ketiga di dunia itu telah mengalami lonjakan kasus Covis-19 dalam beberapa pekan terakhir, memaksa pemerintah untuk memberlakukan pembatasan yang lebih ketat di sebagian besar negara itu sebagai tanggapan atas peningkatan penerimaan rumah sakit yang didorong oleh Omicron.
Indeks Manajer Pembelian (PMI) au Jibun Bank Japan Services terakhir merosot ke 47,6 yang disesuaikan secara musiman dari 52,1 bulan sebelumnya dan pembacaan kilat 48,8.
Itu menandai penurunan tercepat dalam aktivitas bisnis sejak Agustus. Sementara bisnis yang luar biasa mengalami penurunan paling tajam dalam empat bulan.
Baca Juga: Armada Berjaya (JAYA) Siapkan Capex Rp 34 Miliar, Akan Dipakai Apa Saja?
Perusahaan jasa memangkas jumlah karyawan pada laju tercepat dalam 20 bulan dan menjadi kurang optimis bahwa aktivitas akan meningkat selama tahun depan, dengan sentimen positif mencapai level terendah lima bulan.
Pertumbuhan harga input untuk sektor tersebut tetap tinggi, menunjukkan tekanan pada keuntungan perusahaan dari inflasi bahan baku global tetap ada. Sektor swasta secara keseluruhan juga terus melihat peningkatan beban biaya.
"Pelemahan di sektor jasa yang lebih besar berkontribusi pada stagnasi yang luas dalam output sektor swasta pada Januari," kata ekonom IHS Markit Usamah Bhatti.