Sumber: Fox Business | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali mengguncang arena perdagangan global dengan mengumumkan rencana tarif dagang baru terhadap setidaknya tujuh negara.
Dalam pernyataan yang diunggah di platform Truth Social pada Selasa malam (waktu setempat), Trump menyebut akan merilis daftar negara yang terdampak pada Rabu pagi, disusul dengan tambahan negara di sore harinya.
“Kami akan merilis minimal 7 negara terkait perdagangan besok pagi, dengan tambahan sejumlah negara di sore hari,” tulis Trump. “Terima kasih atas perhatian Anda!”
Tembaga Kena Tarif 50%, Dorong Industri Domestik
Dalam pernyataan terpisah pada Selasa siang saat memimpin rapat kabinet, Trump juga mengumumkan tarif baru sebesar 50% terhadap impor tembaga, sebagai bagian dari kebijakan "America First" untuk membangun kembali rantai pasokan industri dalam negeri.
Baca Juga: Harga Mobil Bekas di AS Melonjak, Kebijakan Trump Jadi Pemicunya
Trump menegaskan bahwa langkah ini bertujuan memaksa perusahaan-perusahaan untuk kembali mengandalkan bahan baku dari dalam negeri, terutama untuk sektor-sektor penting dan strategis.
Negara-Negara yang Terkena Imbas Tarif Baru
Tarif baru ini merupakan kelanjutan dari kebijakan tarif "resiprokal" yang diumumkan Trump pada April lalu. Di bawah kebijakan ini, tarif impor dari negara-negara tertentu ditentukan berdasarkan besarnya defisit perdagangan bilateral dengan AS.
Berikut adalah rincian tarif yang diumumkan:
-
Laos dan Myanmar: dikenakan tarif tertinggi sebesar 40%
-
Serbia: 35%
-
Bosnia dan Herzegovina: 30%
-
Jepang, Kazakhstan, Malaysia, Korea Selatan, dan Tunisia: masing-masing dikenai tarif tambahan 25%
Baca Juga: Demo Besar-besaran Protes Kebijakan Trump Digelar di 50 Negara Bagian pada 17 Juli
Ancaman bagi 14 Negara: Tenggat Awal Bulan Depan
Trump juga memperingatkan bahwa 14 negara lain yang belum menyepakati perjanjian dagang dengan AS akan dikenakan kembali tarif setinggi tarif bulan April, jika tidak mencapai kesepakatan hingga awal bulan depan.
Langkah ini menandai eskalasi signifikan dalam pendekatan Trump terhadap kebijakan dagang global, dengan tujuan mendorong negara-negara mitra untuk memperbarui kesepakatan dagang yang lebih menguntungkan bagi Amerika Serikat.