Sumber: Newsweek | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gelombang unjuk rasa nasional kembali dijadwalkan terjadi di seluruh Amerika Serikat pada 17 Juli, sebagai bagian dari gerakan "Good Trouble Lives On", yang digelar untuk memperingati hari wafatnya tokoh hak sipil dan anggota Kongres, John Lewis, sekaligus memprotes kebijakan pemerintahan Presiden Donald Trump.
Aksi ini menjadi bagian dari rangkaian demonstrasi besar-besaran yang marak sejak Trump kembali menjabat pada Januari lalu.
Diselenggarakan oleh 50501 Movement sebuah koalisi yang berarti 50 Protes, 50 Negara Bagian, Satu Gerakan dan didukung berbagai kelompok aktivis lainnya, gerakan ini mempertegas resistensi warga terhadap kebijakan Trump yang dianggap merongrong hak-hak sipil.
Sebelumnya, jutaan orang turun ke jalan dalam aksi "No Kings" pada 14 Juni, memprotes parade militer di Washington yang juga bertepatan dengan ulang tahun Trump ke-79. Selama akhir pekan Hari Kemerdekaan AS (4 Juli), demonstrasi bertajuk "Free America" digelar di berbagai kota.
Baca Juga: Trump Kritik Putin: Terus Beri Omong Kosong soal Perang Ukraina
Makna “Good Trouble Lives On”
Nama gerakan ini merujuk pada pesan ikonik John Lewis yang sering menyerukan agar rakyat "terlibat dalam 'good trouble' — kesulitan yang baik, kesulitan yang perlu — demi menebus jiwa bangsa."
Aksi ini mengangkat semangat perjuangan Lewis melalui aksi damai, kolektif, dan non-kekerasan sebagai respons terhadap apa yang dianggap sebagai kemunduran serius terhadap hak-hak sipil.
“Hari aksi nasional ini adalah respons terhadap serangan terhadap hak-hak sipil dan hak asasi manusia oleh pemerintahan Trump,” demikian pernyataan di situs resmi Good Trouble Lives On.
Aksi Serentak di 50 Negara Bagian
Setidaknya 400 aksi unjuk rasa akan digelar secara serentak di seluruh 50 negara bagian, termasuk di kota-kota besar seperti New York, Los Angeles, dan Chicago. Peta lokasi demonstrasi tersedia di situs resmi gerakan, menunjukkan skala mobilisasi yang luas dan terkoordinasi.
Para penyelenggara menyatakan aksi ini terbuka untuk siapa saja yang merasa prihatin terhadap:
-
Pembatasan hak suara pemilu
-
Penghapusan layanan sosial penting seperti Medicaid, SNAP, dan Jaminan Sosial
-
Penindasan terhadap komunitas kulit hitam dan cokelat, imigran, serta kelompok LGBTQ+
-
Pembungkaman kebebasan berekspresi dan hak untuk melakukan protes
Baca Juga: Tarif 35% Trump Ancam Industri Garmen Bangladesh, Jutaan Pekerja Terancam PHK
“Trump mencoba memecah belah kita, tetapi kita tahu kekuatan dari persatuan,” ujar para penyelenggara.
Seruan untuk Bertindak
Allison Pulliam dan Christine Wood, direktur koalisi Declaration for American Democracy, menyampaikan dalam pernyataan resmi bahwa momen ini adalah kesempatan untuk melanjutkan warisan John Lewis.
“Ini adalah saatnya kita membawa obor perjuangan, melanjutkan warisan John Lewis, dan mewariskannya ke generasi berikutnya,” ujar keduanya.
Toolkit yang disiapkan untuk para koordinator lokal menuntut perlindungan hak-hak sipil, pemilu yang bebas dan adil, serta penghentian represi oleh pemerintahan Trump terhadap komunitas rentan.
Dengan dukungan luas dari komunitas aktivis, organisasi sipil, dan warga biasa, aksi "Good Trouble Lives On" pada 17 Juli diperkirakan menjadi salah satu protes terbesar di paruh kedua tahun ini.
Aksi ini tidak hanya menjadi bentuk penghormatan terhadap warisan John Lewis, tetapi juga momentum perlawanan terhadap arah kebijakan pemerintahan saat ini.