Reporter: Dyah Megasari, CNN Money |
NEW YORK. Nama Rupert Murdoch menjadi pembahasan yang sangat ramai dua pekan terakhir. Skandal pembajakan telepon yang terjadi tahun lalu, menyedot perhatian banyak kalangan termasuk parlemen Inggris.
Pemeriksaan pada Murdoch dilakukan melalui penyelidikan khusus terhadap kejahatan pers. Dianggap sebagai kasus besar, Perdana Menteri Inggris David Cameron pun meminta parlemen menyelidiki kasus itu berdasarkan Inquiries Act 2005. Cameron kemudian menunjuk hakim Leveson menjadi pemimpin tim penyelidik.
Banyak orang menggambarkan Murdoch punya dua sisi, sebelah kanan ibarat malaikat yang punya hasrat besar di bisnis media masa, sedangkan sisi kiri seolah setan yang menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan berita termasuk dengan cara membajak.
Pertanyaan besar menyeruak. Meski kasus ini masih bergulir di pengadilan, mengapa investor yang mengempit saham News Corp seolah mengangkat bahu? tak mempedulikan suguhan drama tentang tabloid, padahal media mainstream tetap fokus menyoroti skandal ini?
Begini gambaran jelasnya, Wall Street jelas tak peduli dengan apa yang terjadi di pengadilan. Saham News Corp justru melaju hingga 8% sejak awal 2012. Jika dihitung dengan kemunculan Rupert dan putranya James Murdoch di parlemen Juli tahun lalu pasca hebohnya skandal penyadapan, saham News Corp justru sudah melejit 30%.
Kondisi ini sangat kontras dengan beberapa kasus, bagaimana investor bereaksi terhadap skandal perusahaan. Contohnya, Wal-Mart yang anjlok hampir 5% pada Senin dan melanjutkan penurunan 3% pada Selasa menyusul laporan New York Times yang menyatakan terjadi penyuapan oleh seorang eksekutif di unit Meksiko.
Demikian pula yang terjadi dengan perusahaan gas alam Chesapeake Energy yang telah jatuh sekitar 5% sejak Reuters melaporkan bahwa CEO perusahaan menggunakan saham Chesapeake senilai US$ 1 miliar untuk keperluan pribadi.
Tindakan Rupert masih ditolerir
Pistol tak akan meletus jika pelatuknya tak ditarik. Untuk kasus ini, Murdoch terus mengaku tak bersalah dan bersikap innocent. Di berbagai kesempatan, ia mengatakan bahwa ia dan News Corp telah menjadi korban karyawan nakal. Memang, ucapan maaf pemilik tahta kerajaan News Corp ini tidak asing dengan kontroversi.
Senjata inilah yang dipegang oleh para investor. Selama tidak ada bukti nyata bahwa Murdoch melakukan hal yang ilegal, tak ada alasan bagi investor mengkhawatirkan manuver laki-laki berusia 81 tahun itu. Pasar menganggap, ini adalah bagian cerita bisnis media yang ada di dalam darah Rupert.
Tanpa bukti mutlak bahwa Rupert melakukan hal yang membahayakan salah satu dari banyak lisensi perusahaannya, investor hanya menganggapnya sebagai gangguan kecil. Sedikit aneh, tapi pada kenyataannya saham News Corp terus melaju.
Sejak skandal penyadapan meledak tahun lalu, News Corp telah meningkatkan pemberian dividen dan meningkatkan program buyback saham.
David Bank, analis dari RBC Capital Markets di New York, berpendapat bahwa tindakan ini secara langsung merupakan akibat dari skandal hacking yang terjadi. Ini adalah upaya untuk menjaga investor agar tetap senang pada saat bisnis pers dalam kondisi yang buruk.
"Tekanan terhadap Rupert Murdoch masih tetap ada dan kemungkinan ia akan memanajemeni likuiditas perusahaan dengan cara yang bersahabat," ulasnya.