Sumber: South China Morning Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Dokumen tersebut muncul di tengah kekhawatiran tentang potensi perang panas di wilayah tersebut. Insiden terbaru antara pasukan angkatan laut AS dan China terjadi pada akhir Agustus, ketika Beijing mengatakan telah mendorong kapal perang Amerika dari kepulauan Paracel yang disengketakan, yang dikenal oleh China sebagai Kepulauan Xisha dan oleh Vietnam sebagai Kepulauan Hoang Sa.
China mengklaim hampir semua pulau di Laut China Selatan tetapi pernyataan tersebut dibantah oleh negara-negara lain di kawasan itu, termasuk Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Brunei.
Baca Juga: Memanas lagi, dua kapal perang AS berlayar di Laut China Selatan
Untuk melawan China, AS telah lebih sering mengirim kapal ke wilayah tersebut untuk melakukan apa yang disebut operasi "kebebasan navigasi".
Dokumen militer AS mengatakan China telah mengerahkan armada berlapis-lapis yang mencakup angkatan laut PLA, penjaga pantai, dan milisi maritim untuk menumbangkan kedaulatan negara lain dan menegakkan "klaim yang melanggar hukum".
China juga mengembangkan kekuatan rudal terbesar di dunia, dengan kemampuan nuklir, yang dirancang untuk menyerang AS dan pasukan sekutunya di Guam dan di Timur Jauh, katanya.
Baca Juga: Penasihat militer Biden: AS harus selamatkan Taiwan dari hujan rudal China
Disebutkan bahwa Angkatan Laut AS juga akan lebih terlihat di Pasifik, di mana mereka akan mendeteksi dan mendokumentasikan tindakan saingan mereka yang melanggar hukum internasional, mencuri sumber daya, dan melanggar kedaulatan negara lain.
"Sistem jarak jauh dan senjata hipersonik kami akan memberikan kemampuan serangan global terhadap target di darat," demikian kata laporan tersebut.