kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Studi: Demam berdarah dapat memberikan kekebalan terhadap Covid-19


Selasa, 22 September 2020 / 06:12 WIB
Studi: Demam berdarah dapat memberikan kekebalan terhadap Covid-19


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - RIO DE JANEIRO. Sebuah studi terbaru yang menganalisis wabah virus corona di Brasil telah menemukan hubungan antara penyebaran virus dan wabah demam berdarah di masa lalu. Hasil studi tersebut menunjukkan, paparan penyakit yang ditularkan nyamuk dapat memberikan beberapa tingkat kekebalan terhadap Covid-19.

Melansir Reuters, studi yang belum dipublikasikan tersebut dipimpin oleh Miguel Nicolelis, seorang profesor di Duke University. Hasil riset ini dibagikan secara eksklusif dengan Reuters. Riset tersebut membandingkan distribusi geografis kasus virus corona dengan penyebaran demam berdarah pada 2019 dan 2020.

Reuters memberitakan, menurut Nicolelis, tempat-tempat dengan tingkat infeksi virus corona yang lebih rendah dan pertumbuhan kasus yang lebih lambat adalah lokasi-lokasi yang telah menderita wabah demam berdarah yang hebat tahun ini atau yang terakhir.

"Penemuan yang mencolok ini meningkatkan kemungkinan menarik dari reaktivitas silang imunologis antara serotipe Flavivirus dengue dan SARS-CoV-2," kata studi tersebut, merujuk pada antibodi virus dengue dan novel coronavirus.

Baca Juga: Badan kesehatan AS cabut panduan transmisi udara virus corona

"Jika terbukti benar, hipotesis ini dapat berarti bahwa infeksi demam berdarah atau imunisasi dengan vaksin dengue yang manjur dan aman dapat menghasilkan beberapa tingkat perlindungan imunologis terhadap virus corona," tambahnya.

Nicolelis mengatakan kepada Reuters bahwa hasil tersebut sangat menarik karena penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa orang dengan antibodi demam berdarah dalam darah mereka dapat terbukti positif palsu untuk antibodi Covid-19 meskipun mereka tidak pernah terinfeksi oleh virus corona.

Baca Juga: Bergabung dengan inisiatif vaksin COVAX, WHO: Terima kasih Indonesia

"Ini menunjukkan bahwa ada interaksi imunologis antara dua virus yang tidak dapat diduga oleh siapa pun, karena kedua virus tersebut berasal dari keluarga yang sama sekali berbeda," kata Nicolelis, seraya menambahkan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk membuktikan hubungan tersebut.




TERBARU

[X]
×