kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.880.000   -4.000   -0,21%
  • USD/IDR 16.260   50,00   0,31%
  • IDX 6.928   30,28   0,44%
  • KOMPAS100 1.008   6,44   0,64%
  • LQ45 773   2,07   0,27%
  • ISSI 227   2,98   1,33%
  • IDX30 399   1,47   0,37%
  • IDXHIDIV20 462   0,59   0,13%
  • IDX80 113   0,62   0,55%
  • IDXV30 114   1,38   1,22%
  • IDXQ30 129   0,27   0,21%

Suku-suku di Brasil mengesampingkan permusuhan abadi mereka untuk melawan Bolsonaro


Minggu, 08 September 2019 / 18:54 WIB
Suku-suku di Brasil mengesampingkan permusuhan abadi mereka untuk melawan Bolsonaro
ILUSTRASI. Kebakaran hutan Amazon


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  Masyarakat adat yang tinggal di lembah sungai Xingu, Amazon Amerika Serikat (AS) bersatu melawan Presiden Brasil Jair Bolsonaro. Mereka rela mengesampingkan konflik etnis yang berlangsung lama demi menjatuhkan orang nomor satu di Brasil itu.

Dilansir dari Independent, Kamis (7/9), perwakilan dari 14 kelompok adat dari empat lembah sungai bertemu di desa Kubenkokre pekan lalu. Mereka bereaksi terhadap bencana kebakaran yang telah menghancurkan hutan Amazon.

Baca Juga: Jeff Bezos dan Lauren Sanchez kembali menikmati liburan romantis di Venesia, Italia

Sejumlah kritikus menyalahkan Bolsonaro sebagai biang keladi kebakaran karena kerap menggunduli hutan untuk lahan pertanian dan pertambangan.

Komunitas adat melakukan pertemuan penting yang diselenggarakan oleh kelompok Kayapós, salah satu komunitas terbesar di wilayah sungai, menurut BBC Brasil."

Hari ini kami hanya memiliki satu musuh, yaitu pemerintah Brasil, Presiden Brasil, dan invasi orang-orang non-pribumi. Kami punya perselisihan secara internal, tapi kami bersatu untuk melawan pemerintah," kata Mudjire Kayapó, salah satu pemimpin yang hadir.

Komunitas adat memutuskan untuk membentuk dewan perwakilan demi memperkuat suara politik kolektif mereka. Keluarga Kayapos mengundang perwakilan orang-orang Panara ke pertemuan itu, meskipun kedua kelompok itu telah berjuang keras di masa lalu.

Padahal kedua suku bermusuhan sejak lama. Suku Kayap pernah membantai suku Panaras pada tahun 1968. Selama ini perkelahian di antara mereka menggunakan senjata api meskipun suku generasi terakhir hanya dipersenjatai dengan panah.

"Kami membunuh Kayapó dan Kayapó membunuh kami. Tapi kami tidak tahu apa yang terjadi dan kami belum tahu tentang ancaman [putih] itu," kata Sinku Panara, salah satu pemimpin Panara.

“Lalu kami saling mendinginkan kepala, berdamai, berbicara satu sama lain dan kita tidak akan bertarung lagi. Karena ada kepentingan bersama bagi kita untuk bertarung bersama, sehingga orang non-Indian tidak membunuh kita semua," tambahnya.

Menurut jejak pendapat lembaga pemungutan suara Datafolha, tingkat elektibilitas Bolsonaro turun dengan cepat sejak peristiwa kebakaran Amazon terjadi.

Baca Juga: Kebakaran hutan hujan tropis Amazon

Sejumlah orang menilai pemimpin sayap kanan tersebut melakukan pekerjaan buruk dan mengerikan dalam memimpin pemerintahan.

Sebanyak 38% responden meyakini hal itu atau jumlahnya naik dari Juli 2019 sebanyak 33% ketika pemerintah gagal menangani kebakaran dan akhirnya meluas ke berbagai negara.

Presiden berkampanye untuk menyelesaikan perang budaya termasuk membawa program pembangunan ke hutan Amazon. Program itu ditentang para ilmuan karena akan mempercepat deforestasi.

Sehari setelah pelantikannya sebagai presiden, Bolsonaro mengutuk fakta bahwa 15% wilayah Brazil diperuntukkan bagi suku-suku asli. "Mari kita mengintegrasikan warga ini dan membawa nilai bagi semua warga Brasil, " tweetnya.

Baca Juga: Jagad Twitter bergemuruh meminta Jeff Bezos atasi kebakaran hutan Amazon

Diperkirakan hampir 50.000 kebakaran Amazon masih memanas bulan ini, 89% bersumber dari kebakaran pada Agustus 2018 dan pada skala yang tidak terlihat sejak 2010.

Kebakaran dahsyat itu telah memicu kekhawatiran global atas Amazon, yang menyediakan 20% pasokan oksigen dunia. Ini merupakan hutan hujan terbesar di dunia, sangat penting untuk memperlambat laju pemanasan global.

Bolsonaro telah menepis kekhawatiran global akan kebakaran tersebut dan menegaskan bahwa api sudah terkendali. Pada Agustus lalu, pria berusia 64 tahun itu menarik diri dari pertemuan puncak regional yang telah ia selenggarakan untuk membahas dampak kebakaran.

Bolsonaro mengatakan dia tidak akan menghadiri pertemuan, yang akan diadakan di Kolombia karena ingin operasi untuk mengobati hernia. Dia mengatakan akan bersedia membahas kebakaran di Majelis Umum PBB bulan ini.

Baca Juga: Kebakaran hutan Amazon meluas, Prancis tekan Brasil di Konferensi G7

"Saya akan tampil di hadapan PBB bahkan di kursi roda, di atas tandu. Saya akan muncul karena saya ingin berbicara tentang Amazon," pungkasnya.




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×