Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
Pemerintah Taiwan telah menjadikan modernisasi militer sebagai kebijakan utama dan berulang kali berjanji untuk meningkatkan anggaran pertahanan, mengingat ancaman yang semakin besar dari Tiongkok, termasuk mengembangkan kapal selam buatan Taiwan.
Angkatan udara Tiongkok hampir setiap hari melakukan misi di dekat wilayah udara Taiwan, dan pada Mei lalu menggelar latihan perang di sekitar pulau itu tak lama setelah Presiden Lai Ching-te menjabat, yang oleh Beijing disebut sebagai separatis, Lai menolak klaim kedaulatan China, dengan menyatakan bahwa hanya rakyat Taiwan yang bisa menentukan masa depan mereka.
Anggaran tersebut masih perlu disetujui oleh parlemen, di mana Partai Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa kehilangan mayoritasnya dalam pemilu Januari lalu.
Baca Juga: Bisik-Bisik Sumber: Serangan Militer China Semakin Dekat ke Taiwan
Partai oposisi utama Taiwan, Kuomintang, telah berulang kali menyatakan dukungannya untuk memperkuat pertahanan pulau tersebut, meskipun saat ini sedang terlibat dalam perselisihan dengan DPP mengenai reformasi yang diperebutkan untuk memberikan kekuasaan pengawasan yang lebih besar kepada parlemen, yang menurut pemerintah adalah tidak konstitusional.
China juga dengan cepat memodernisasi angkatan bersenjatanya, termasuk dengan menambah kapal induk baru, jet tempur siluman, dan rudal.
Pada Maret lalu, Tiongkok mengumumkan kenaikan anggaran pertahanan sebesar 7,2% untuk tahun ini menjadi 1,67 triliun yuan (sekitar US$D 234,10 miliar), melebihi target pertumbuhan ekonomi sekitar 5% untuk 2024, meskipun hanya menyumbang sekitar 1,3% dari PDB menurut para analis.
Baca Juga: Latihan Militer China di Sekitar Taiwan: Skenario untuk Merebut Kekuasaan
Pemerintah Amerika Serikat telah mendorong Taiwan untuk memodernisasi militernya dan meningkatkan pengeluaran pertahanan. Amerika Serikat merupakan penyedia senjata dan pendukung internasional terpenting bagi Taiwan, meskipun tidak memiliki hubungan diplomatik resmi.
Dalam sebuah forum keamanan di Taipei pada Rabu, Nikki Haley, mantan duta besar PBB di bawah pemerintahan Trump, memuji komitmen Taiwan untuk meningkatkan pengeluaran pertahanan.
"Negara-negara bebas lainnya harus belajar dari mereka, terutama banyak sekutu AS," katanya.