Sumber: Fortune | Editor: Noverius Laoli
Meski belum jelas bagaimana pengadilan Texas akan bersikap, langkah ini dinilai akan berdampak pada preferensi perusahaan dalam memilih yurisdiksi hukum.
Namun, sejumlah investor besar mengkritik keras paket kompensasi baru Musk. Pengawas Keuangan Kota New York, Brad Lander, menyebutnya “tidak senonoh”, mengingat peran Musk yang semakin berkurang dan performa saham Tesla yang mengecewakan.
Hal serupa disampaikan Bendahara Negara Bagian Illinois, Michael Frerichs, yang menilai dewan Tesla tidak lagi mewakili kepentingan investor.
SOC Investment Group, mewakili investor pemegang hampir 8 juta saham Tesla, juga menyoroti lemahnya jaminan bahwa Musk akan berkomitmen penuh terhadap Tesla selama dua tahun ke depan.
Baca Juga: xAI Milik Elon Musk Gaet Kontrak Rp3,2 Triliun dari Departemen Pertahanan AS
Mereka menyebut bahwa bahkan insentif sebesar US$ 24 miliar pun belum tentu cukup untuk menjamin fokus Musk membalikkan tren penjualan Tesla yang terus menurun.
Kinerja Tesla pada 2025 memang kontras dibanding tahun 2018. Setelah mencapai kapitalisasi pasar US$ 1 triliun pada 2021 dan kembali menyentuh level itu pada Mei 2025, saham Tesla telah anjlok lebih dari 18% sepanjang tahun.
Sementara itu, aktivitas politik Musk, termasuk dukungannya terhadap Donald Trump, dinilai menjauhkan sebagian konsumen Tesla, khususnya di pasar utama seperti California.
Baca Juga: xAI Milik Elon Musk Gaet Kontrak Rp3,2 Triliun dari Departemen Pertahanan AS
Kini, dengan paket kompensasi baru yang kontroversial, Tesla menapaki wilayah hukum dan tata kelola perusahaan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan risiko dan pertaruhan besar menyangkut masa depan perusahaan dan reputasi dewan direksinya.