Sumber: Fortune | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Tesla kembali menetapkan Elon Musk sebagai CEO dengan bayaran tertinggi dalam sejarah, melalui pemberian paket kompensasi baru senilai US$ 29 miliar atau sekitar Rp 473 triliun (kurs Rp 16.304).
Keputusan ini diambil setelah dewan direksi Tesla menyetujui hibah sebesar 96 juta lembar saham terbatas pada Minggu (3/8), menggantikan hibah sebelumnya senilai US$ 56 miliar yang dibatalkan dua kali oleh pengadilan Delaware.
Paket kompensasi terbaru ini mencerminkan upaya Tesla untuk mempertahankan dan memotivasi Musk di tengah kompetisi global dalam bidang kecerdasan buatan (AI), robotika, dan kendaraan otonom.
Baca Juga: Tesla Hadiahi Elon Musk Saham Baru Senilai Rp 475 Triliun, Ini Alasannya
Dalam surat kepada para pemegang saham, Ketua Dewan Robyn Denholm dan Direktur Kathleen Wilson-Thompson menekankan bahwa “perang perebutan talenta AI” mendorong kebutuhan untuk mempertahankan sosok seperti Musk.
Berbeda dengan paket tahun 2018 yang disyaratkan target kinerja tertentu, hibah kali ini hanya mengharuskan Musk untuk tetap menjabat sebagai CEO atau eksekutif senior selama dua tahun, serta mempertahankan kepemilikan saham hingga 2030.
Kepemilikan saham Musk di Tesla pun akan meningkat dari sekitar 13% menjadi 15%.
Meski demikian, beberapa pakar menyoroti lemahnya aspek kinerja dalam paket ini. Brian Dunn dari Cornell University menyebutnya sebagai “hibah kabut cermin”, karena tidak memiliki target performa yang jelas.
Larry Cunningham dari University of Delaware juga menilai bahwa hibah saham ini hanyalah upaya retensi dengan nilai yang sangat menguntungkan bagi Musk.
Baca Juga: Trump Bikin Elon Musk Rugi Triliunan! Kekayaan Anjlok Jadi di Bawah Rp 5.060 Triliun
Secara teknis, Musk akan memperoleh saham dengan harga pelaksanaan US$ 23,34 per lembar, jauh di bawah harga pasar Tesla yang kini lebih dari US$ 300 per saham. Hal ini disebut sebagai “opsi diskonto” oleh sebagian pengamat.
Paket ini memiliki struktur batas atas dan bawah tergantung hasil banding Tesla atas pembatalan hibah tahun 2018 di pengadilan Delaware.
Jika banding ditolak, Musk tetap mendapat 96 juta saham. Namun, jika sebagian hibah lama dipulihkan, hibah baru akan dikurangi untuk mencegah “double dipping”.
Gugatan terhadap kompensasi Musk sebelumnya menjadi landasan putusan penting di Delaware yang membatalkan paket tahun 2018. Meski dewan telah meminta persetujuan ulang dari pemegang saham pada 2024 dan disetujui, hakim tetap menolak mengubah putusan awal. Tesla kini mengajukan banding.
Sebagai langkah perlindungan hukum, Tesla telah memindahkan domisili hukumnya dari Delaware ke Texas. Langkah ini disertai perubahan anggaran dasar yang menetapkan bahwa setiap pemegang saham yang ingin menggugat gaji Musk harus memiliki minimal 3% saham Tesla, setara lebih dari US$ 3 miliar.
Perubahan ini membuat gugatan terhadap dewan Tesla lebih sulit.
Baca Juga: Elon Musk Rugi Besar! Rp 182 Triliun Lenyap dalam Sehari Akibat Kebijakan Tarif Trump
Profesor hukum dari Columbia University, John Coffee, mengatakan bahwa perpindahan yurisdiksi ini membuat tindakan Tesla dan kompensasi Musk harus dinilai berdasarkan hukum Texas yang lebih permisif.
Meski belum jelas bagaimana pengadilan Texas akan bersikap, langkah ini dinilai akan berdampak pada preferensi perusahaan dalam memilih yurisdiksi hukum.
Namun, sejumlah investor besar mengkritik keras paket kompensasi baru Musk. Pengawas Keuangan Kota New York, Brad Lander, menyebutnya “tidak senonoh”, mengingat peran Musk yang semakin berkurang dan performa saham Tesla yang mengecewakan.
Hal serupa disampaikan Bendahara Negara Bagian Illinois, Michael Frerichs, yang menilai dewan Tesla tidak lagi mewakili kepentingan investor.
SOC Investment Group, mewakili investor pemegang hampir 8 juta saham Tesla, juga menyoroti lemahnya jaminan bahwa Musk akan berkomitmen penuh terhadap Tesla selama dua tahun ke depan.
Baca Juga: xAI Milik Elon Musk Gaet Kontrak Rp3,2 Triliun dari Departemen Pertahanan AS
Mereka menyebut bahwa bahkan insentif sebesar US$ 24 miliar pun belum tentu cukup untuk menjamin fokus Musk membalikkan tren penjualan Tesla yang terus menurun.
Kinerja Tesla pada 2025 memang kontras dibanding tahun 2018. Setelah mencapai kapitalisasi pasar US$ 1 triliun pada 2021 dan kembali menyentuh level itu pada Mei 2025, saham Tesla telah anjlok lebih dari 18% sepanjang tahun.
Sementara itu, aktivitas politik Musk, termasuk dukungannya terhadap Donald Trump, dinilai menjauhkan sebagian konsumen Tesla, khususnya di pasar utama seperti California.
Baca Juga: xAI Milik Elon Musk Gaet Kontrak Rp3,2 Triliun dari Departemen Pertahanan AS
Kini, dengan paket kompensasi baru yang kontroversial, Tesla menapaki wilayah hukum dan tata kelola perusahaan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan risiko dan pertaruhan besar menyangkut masa depan perusahaan dan reputasi dewan direksinya.