CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.341.000   -7.000   -0,30%
  • USD/IDR 16.725   -32,00   -0,19%
  • IDX 8.414   -5,56   -0,07%
  • KOMPAS100 1.163   -1,38   -0,12%
  • LQ45 846   -2,34   -0,28%
  • ISSI 294   -0,29   -0,10%
  • IDX30 440   -1,80   -0,41%
  • IDXHIDIV20 510   -4,13   -0,80%
  • IDX80 131   -0,28   -0,21%
  • IDXV30 135   -0,09   -0,06%
  • IDXQ30 141   -1,39   -0,98%

Tarik-Menarik Asia Tengah: China Lawan Amerika di Medan Mineral Kritis


Minggu, 23 November 2025 / 07:21 WIB
Tarik-Menarik Asia Tengah: China Lawan Amerika di Medan Mineral Kritis
ILUSTRASI. Tiongkok bergerak cepat memperkuat kembali pengaruhnya di Asia Tengah setelah Amerika Serikat menggelar pertemuan diplomatik besar dengan negara-negara kawasan tersebut awal bulan ini.


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Tiongkok bergerak cepat memperkuat kembali pengaruhnya di Asia Tengah setelah Amerika Serikat menggelar pertemuan diplomatik besar dengan negara-negara kawasan tersebut awal bulan ini.

Melansir Oilprice.com, Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, saat ini berada di Kyrgyzstan sebagai bagian dari tur tiga negara di Asia Tengah. Kunjungan ini bertujuan mempertegas posisi Beijing sebagai mitra dagang terbesar kawasan tersebut—terutama setelah AS mulai meningkatkan pendekatan politik dan ekonomi ke wilayah itu melalui pertemuan di Washington.

Pada awal November, Presiden AS Donald Trump mengundang para pemimpin dari lima negara Asia Tengah ke Gedung Putih. Pertemuan itu utamanya membahas peluang kerja sama dalam pengelolaan mineral strategis yang melimpah di kawasan tersebut.

Dalam pertemuan itu, AS berhasil menandatangani berbagai kesepakatan bernilai miliaran dolar. Salah satu yang paling menonjol adalah kesepakatan antara Kazakhstan dan perusahaan AS Cove Kaz Capital senilai US$ 1,1 miliar untuk proyek tambang tungsten. CEO perusahaan tersebut mengatakan Trump dan Menteri Perdagangan AS ikut melobi agar proyek itu tidak jatuh ke tangan perusahaan China.

Ini adalah kunjungan pertama Wang ke Kyrgyzstan dalam tiga tahun terakhir. Ia akan melanjutkan perjalanan ke Tajikistan dan Uzbekistan hingga 22 November.

Setibanya di Bishkek pada 19 November, Wang bertemu Presiden Kyrgyzstan Sadyr Japarov. Dalam pernyataannya, Japarov menyebut hubungan negaranya dengan China sedang berada di titik terbaik sepanjang sejarah.

Baca Juga: Trump Longgarkan Aturan Chip? Nvidia Bisa Masuk Pasar China Lagi

Kementerian Luar Negeri China sebelumnya mengatakan bahwa tur ini bertujuan mempercepat implementasi berbagai kesepakatan bernilai miliaran dolar yang telah ditandatangani pada KTT China–Asia Tengah di Kazakhstan pada Juni lalu.

Juru bicara kementerian tersebut, Mao Ning, mengatakan kunjungan Wang akan memperdalam kepercayaan politik, memperkuat kerja sama Belt and Road Initiative, dan memperkokoh posisi China sebagai mitra utama kawasan tersebut.

Agenda Proyek dan Kepentingan China

Salah satu proyek utama yang dibahas dalam KTT China–Asia Tengah adalah pembangunan jalur kereta api China–Kyrgyzstan–Uzbekistan. Proyek besar ini bertujuan mempercepat jalur perdagangan antara China dan Eropa hingga seminggu lebih cepat, sekaligus memperluas konektivitas logistik Asia Tengah.

Proyek ini diperkirakan menghabiskan biaya lebih dari US$ 6 miliar. Pembangunannya sudah dimulai pada Juli 2024, dan diperkirakan rampung dalam lima tahun.

Selain itu, pada pertemuan lain di China September lalu, Kazakhstan menandatangani lebih dari 70 kesepakatan bisnis senilai US$ 15 miliar—mulai dari energi, logistik, hingga teknologi digital. Uzbekistan juga mengumumkan 13 kontrak pertambangan baru senilai US$ 5 miliar, termasuk uranium.

Tiongkok juga mendominasi sektor pertambangan di Tajikistan, meski ada kritik terkait polusi dan minimnya pengawasan lingkungan dari otoritas lokal. Namun pemerintah Tajikistan beralasan bahwa hanya perusahaan China yang mau berinvestasi dalam proyek pertambangan berskala besar.

Tonton: Tiket Murah Nataru Bakal Berlaku Hari Ini: Kereta, Kapal, Pesawat Semua Didiskon

Negara-negara Asia Tengah menyimpan cadangan emas, tembaga, logam tanah jarang, hingga sekitar setengah produksi uranium global—menjadikannya wilayah strategis dalam persaingan geopolitik antara Beijing dan Washington.

China saat ini menguasai lebih dari 70% produksi global logam tanah jarang, 90% proses pemurnian, dan 93% manufaktur magnet berbasis material tersebut—komponen kunci untuk teknologi militer dan energi hijau.

Insiden Pekerja China dan Sensitivitas Lokal

Selain membahas ekonomi dan infrastruktur, Wang Yi juga merespons insiden perkelahian antara pekerja lokal dan pekerja konstruksi asal China di Kyrgyzstan pada 15 November. Bentrokan itu memicu kemarahan publik dan kembali memunculkan sentimen anti-Tiongkok di negara tersebut.

Pemerintah Kyrgyzstan menyatakan tidak benar bahwa pekerja China mendominasi lapangan kerja lokal, namun ketidakjelasan informasi sering memicu kecurigaan dan ketidakpercayaan publik.

Menurut seorang aktivis setempat, kurangnya transparansi mengenai kesepakatan ekonomi membuat kecemasan publik mudah berkembang menjadi xenofobia.

Kesimpulan

Artikel ini menggambarkan persaingan pengaruh antara AS dan China di Asia Tengah—wilayah yang kaya mineral strategis dan semakin penting bagi geopolitik global. Setelah AS menunjukkan minat serius melalui pertemuan di Gedung Putih, China bergerak cepat untuk mempertahankan posisinya sebagai mitra utama kawasan tersebut melalui diplomasi, proyek infrastruktur besar, dan penanaman modal. Namun tantangan tetap ada: sentimen lokal yang menolak dominasi China, isu lingkungan, dan kompetisi langsung dengan Amerika Serikat dalam perebutan sumber daya strategis.

Selanjutnya: 8 Cara Cepat Menyembuhkan Flu yang Efektif Menurut Dokter

Menarik Dibaca: 8 Cara Cepat Menyembuhkan Flu yang Efektif Menurut Dokter




TERBARU

[X]
×