Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Bank Sentral Korea Menyatakan laju inflasi konsumen kemungkinan akan terus melambat. Hal ini memperkuat ekspektasi Bank of Korea akan mulai memangkas suku bunga menjelang akhir tahun ini.
“Mengingat perlambatan harga minyak dan produk pertanian internasional baru-baru ini, inflasi di masa depan diperkirakan akan terus melambat secara bertahap, sejalan dengan perkiraan kami pada bulan Mei,” kata Gubernur Rhee Chang-yong dalam sebuah pernyataan yang disiapkan untuk tinjauan dua tahunan bank terhadap kondisi inflasi, seperti dikutip Reuters, Selasa (18/6).
Ia menambahkan, tekanan inflasi dari permintaan domestik kemungkinan akan tetap terkendali, sementara pertumbuhan ekspor diperkirakan akan menjadi pendorong perekonomian yang diperkirakan tumbuh 2,5% tahun ini.
Baca Juga: Bursa Asia Bergerak Terbatas Menjelang Keputusan Suku Bunga Bank Sentral Jepang
Penilaian pada hari Selasa mendukung konsensus analis bahwa Bank of Korea akan menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada kuartal keempat karena inflasi diperkirakan turun ke tingkat target sekitar 2% menjelang akhir tahun ini atau awal tahun depan.
Bank of Korea mempertahankan suku bunga untuk pertemuan ke-11 berturut-turut pada bulan Mei, mempertahankan pembatasan setelah menaikkan suku bunga secara kumulatif sebesar 300 basis poin menjadi 3,50% sejak pertengahan tahun 2021.
Inflasi utama Korea Selatan melambat untuk kedua bulan berturut-turut ke level terendah dalam 10 bulan sebesar 2,7% di bulan Mei, sementara inflasi inti juga turun menjadi 2,2% dari 2,3% di bulan April.
Bank of Korea juga mencatat bahwa meskipun inflasi mengarah pada tingkat target sebesar 2%, biaya hidup di negara dengan ekonomi terbesar keempat di Asia ini masih tetap tinggi dibandingkan dengan negara-negara besar lainnya.
Baca Juga: Pasar Asia Beragam Jelang Keputusan The Fed dan BOJ pada Pekan Ini
Indeks biaya makanan, tempat tinggal dan pakaian berada pada angka 155 untuk Korea Selatan pada tahun 2023, di atas rata-rata 100 untuk negara-negara yang tergabung dalam Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi, menurut data yang dikumpulkan oleh Bank of Korea.