Sumber: Financial Times,CNN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Saham perusahaan minyak besar seperti ExxonMobil dan Chevron, yang model bisnisnya dibangun untuk menahan minyak mentah murah, masing-masing anjlok 12%. Perusahaan-perusahaan eksplorasi dan produksi musnah, di mana saham Pioneer Natural Resources merosot 37% dan Occidental Petroleum yang dililit utang ambles 52%.
Krisis energi ini dikhawatirkan akan menyebabkan terulangnya kembali crash pasar minyak pada 2014-2016 yang membangkrutkan puluhan perusahaan minyak dan gas Amerika dan menyebabkan ratusan ribu PHK. Meskipun industrinya selamat, pengalaman itu terbukti sangat menyakitkan.
Baca Juga: Harga minyak kembali jatuh 3%, Arab Saudi dan UEA bersiap genjot produksinya
"Rusia melihat shale AS sangat rentan saat ini," kata Ryan Fitzmaurice, ahli strategi energi di Rabobank kepada CNN. "Pandangan kami, Rusia menargetkan produsen serpih AS yang sarat utang."
Alasan Arab Saudi meluncurkan perang harga
Melansir Financial Times Arab Saudi ingin memimpin OPEC dan Rusia dalam melakukan pemotongan lebih dalam pada produksi minyak untuk mendongkrak harga minyak mentah dalam menghadapi wabah virus corona, yang telah mengganggu aktivitas ekonomi global.
Baca Juga: Morgan Stanley: Kejatuhan harga minyak memperburuk perekonomian global
Akan tetapi, ketika Rusia menentang rencana itu, Riyadh merespons dengan meningkatkan produksi dan menawarkan minyak mentahnya dengan diskon besar.
Para analis mengatakan itu adalah upaya untuk menghukum Rusia karena meninggalkan apa yang disebut aliansi OPEC.