Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Presiden AS Donald Trump secara substansial menaikkan tarif impor baja dan aluminium pada hari Senin (10/2/2025) menjadi 25% tanpa pengecualian atau pembebasan.
Ini merupakan langkah yang Trump harapkan akan membantu industri yang sedang berjuang di Amerika Serikat. Namun di sisi lain, hal ini juga berisiko memicu perang dagang multi-front.
Mengutip Reuters, berikut ringkasan mitra dagang utama yang akan terpengaruh.
Baja
Sekitar seperempat dari semua baja yang digunakan di Amerika Serikat diimpor, sebagian besar dari negara tetangga Meksiko dan Kanada atau sekutu dekat di Asia dan Eropa seperti Jepang, Korea Selatan, dan Jerman.
Meskipun China adalah produsen dan eksportir baja terbesar di dunia, sangat sedikit yang dikirim ke Amerika Serikat.
Tarif sebesar 25% yang diberlakukan pada tahun 2018 membuat sebagian besar baja Tiongkok tidak dapat masuk ke pasar.
Tiongkok mengekspor 508.000 ton baja bersih ke AS tahun lalu atau 1,8% dari total impor baja Amerika.
Baca Juga: Tarif China Berlaku, Ekspor Batu Bara AS ke India Melonjak
Aluminium
Dalam kasus aluminium, AS lebih bergantung pada impor. Sekitar setengah dari semua aluminium yang digunakan di AS diimpor.
Sebagian besar berasal dari negara tetangga Kanada. Dengan 3,2 juta ton tahun lalu, impor Kanada dua kali lipat dari gabungan sembilan negara berikutnya.
Sumber impor terbesar berikutnya adalah Uni Emirat Arab dan Tiongkok, masing-masing sebesar 347.034 dan 222.872 metrik ton.
Tonton: Trump Pungut Tarif Impor Aluminium dan Baja Seluruh Negara Sebesar 25%
Industri peleburan aluminium AS tergolong kecil menurut standar global. Total kapasitas peleburan di negara tersebut hanya 1,73% dari total global menurut Survei Geologi AS.